Kegiatan Bulan Ramadhan tahun ini tidak melulu soal "War Takjil", ada juga kegiatan seru yang dilalui bersama dengan para Komikers dan Muspen Bestie lewat kegiatan Bedah Film "Istiqlal" yang bertepatan dengan Hari Film Nasional, tanggal 30 Maret 2024 di Museum Penerangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Kegiatan dimulai dengan kuis Kahoot yang dipandu oleh dua host dari Museum Penerangan yang memicu adrenalin dengan soal-soal yang lumayan bikin otak berpikir keras, sambil berdoa jawaban tembakannya bener. Akhirnya setelah berkutat dengan banyak pesaing, ada tiga pemenang dengan kemampuan dan kecepatan jempol mendekati kecepatan cahaya yaitu Mba Fenni, Mba Dewi Puspa dan Mba Riap Windhu. Sungguh tiga srikandi yang nampaknya sudah menguasai betul segala pertanyaan tentang film dan koleksi Museum Penerangan yang berkaitan dengan Bapak Usmar Ismail. Keren banget!
Lanjut ke acara berikutnya yaitu perkenalan singkat tentang Bapak Usmar Ismail dan koleksi yang ada di Museum Penerangan, salah satunya adalah proyektor yang disumbangkan untuk Museum Penerangan oleh keluarga beliau. Terima kasih Bapak Usmar Ismail.
Rangkaian acara berikutnya yang paling dinantikan oleh para Komikers dan juga Muspen Bestie. Pemutaran dan juga diskusi film yang dipandu oleh Mba Dewi Puspa selaku Moderator dan Mas
Razny Mahardhika yang merupakan Sutradara dari film Istiqlal yang berdurasi sekitar 15 menit ini.
Film ini menyajikan alur yang sederhana, bapak (Babeh) dan anak (Sobari) melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor dari Ciputat, Tangerang Selatan ke Istiqlal, Jakarta Pusat tujuannya untuk buka puasa dan mendapatkan takjil di sana.Â
Beberapa lokasi yang menjadi latarnya di mulai dari kampus UIN Syarif Hidayatullah, melewati Kebayoran, Senayan hingga berujung di Menteng. Eh tapi ternyata film ini endingnya plot twist, karena Babeh dan Sobari ini rupanya tidak sampai ke Istiqlal karena sampai waktu berbuka puasa masih di Menteng, lebih tepatnya di dekat sebuah Gereja Kristen.
Yang menarik adalah dialog yang terjadi antara Babeh dan Sobari. Babeh dengan konservatif merasa beliau penguasa Jakarta, hapal betul setiap seluk beluk Kota Jakarta, dan terutama pede dengan ingatannya untuk jalan menuju ke Istiqlal. Sobari yang sudah mengenai smartphone tentu menyarankan Babeh untuk menggunakan Google Maps saja.
Terbukti Babeh ingatannya mulai pudar, karena beberapa kali tersasar hingga harus bertanya pada beberapa orang yang ditemuinya, misalnya ibu di gang, lalu beberapa pengendara ojek online di pangkalan. Babeh tetep kekeuh untuk tidak mengikuti saran anaknya, karena dianggap bahwa mempercayai Google Maps adalah musyrik. Sayangnya saat akhirnya si Babeh menyerah dan setuju untuk menggunakan Google Maps, namun tak lama baterai smartphonenya habis.
Uniknya, Babeh di sini memiliki karakter keras yang menyayangi anaknya dan konservatif. Si Babeh juga menyimpan rasa bersalah kepada anaknya karena jarang mengajak jalan-jalan ke Jakarta. Sobari meskipun kadang gemes dengan bapaknya yang sulit diberi masukkan, namun tetap nurut sama bapaknya.