Ketika berbicara mengenai potensi anak, seringkali yang menjadi acuan utama adalah tingginya nilai akademis. Seberapa bagus nilai matematika, bahasa inggris, IPA dan juga sosial yang diperoleh anak seakan menjadi harga mati penentu kesuksesannya di masa mendatang.Â
Memang benar bahwa nilai-nilai mata pelajaran di bangku sekolah formal memberikan "gambaran umum intelegensia" pada diri seorang anak. Perancangan kurikulum ini pun berlaku di seluruh dunia tidak hanya di Indonesia, harapannya dengan mempelajari ilmu-ilmu dasar ini, seorang anak dapat membentuk pola pikir yang kritis untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya kelak.
Namun seringkali kita lupa, tidak semua anak memiliki ketertarikan hanya pada bidang akademik semata. Setiap anak memiliki potensi baik di bidang akademik maupun non akademik. Boleh jadi anak kita lebih suka menggambar ketimbang berhitung, lebih senang main alat musik atau berolahraga dibandingkan dengan belajar. Sebagai orang tua, sebaiknya memiliki kepekaan akan minat dan bakat anak-anak. Kesuksesan bisa hadir melalui kedua potensi ini, baik akademik maupun non akademik.
Mengenali potensi anak itu susah-susah gampang. Tidak semua anak bisa menunjukkan secara jelas apa yang ia suka dan tekun dalam menjalaninya. Bisa jadi ia hanya ingin bereksplorasi, mencoba hal-hal baru lalu kemudian akan bosan setelah beberapa waktu. Saya mengingat kembali diri saya pada waktu masih kecil.
Orang tua saya juga mencoba menggali potensi saya dalam bidang non akademik, misalnya dalam dunia seni seperti menggambar dan melukis, bermain alat musik, menari dan juga olahraga. Dulu saya tidak paham dan bertanya-tanya, kenapa sih orang tua saya kok random ya, anaknya disuruh ikut ini dan itu. Rupanya saya sekarang malah bersyukur karena dipaparkan untuk mengenal potensi minat dan bakat diri saya sendiri.
Kembali ke masa kini, para orang tua sudah terpapar banyak informasi dari dunia virtual. Termasuk salah satunya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai cara menemukan dan mengembangkan potensi minat dan bakat anak. Contohnya jika anak ternyata lebih aktif dan cenderung memiliki ketertarikan dalam aktivitas yang melibatkan koordinasi gerak tubuh, bisa jadi anak ini tertarik dalam bidang senam, tarian, atau olahraga.Â
Berbicara tentang olahraga, saya tertarik dengan futsal dan bulutangkis. Kedua olahraga ini seru dan menyenangkan. Sayangnya dulu orang tua saya belum tahu kalau ada caranya untuk melatih bakat anak di futsal dan bulutangkis. Â
Oleh karena itu sebaiknya para orang tua mulai menggali potensi anaknya sedari dini terutama di bidang apa yang anak sukai dan minati. Pengembangan minat dan bakat ini akan menjadi salah satu jalan menuju kesuksesan bagi anak di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H