Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Lagu satu ini ada benarnya juga. Proses ulat menjadi kupu-kupu tidak instan, harus melewati berbagai rintangan dan proses yang mungkin menyakitkan. Sama halnya dengan persahabatan geng Anak Pantai yang harus melalui rintangan karena rebutan tiket ke Bali, loh kok bisa ya?
Geng Anak Pantai.....!
Yoooo mamennnn....!
Tama, Dito, Neneng dan Adi adalah empat serangkai yang menamai geng mereka dengan sebutan "Anak Pantai". Kerasnya kehidupan di ibukota Jakarta menjadikan mereka harus berjuang untuk hidup sehari-hari. Contohnya saja Tama setelah pulang sekolah akan membantu mencari nafkah dengan cara mengamen di lampu merah.
Tentu kalian bingung dengan kenapa mereka menamai diri dengan "Anak Pantai". Tentu saja tempat tinggal mereka jauh dari pantai, bukan seperti bayangan dan ekspektasi saya pada awalnya yang yakin bahwa mereka tinggal di Jakarta Utara yang dekat laut. Hal ini cukup mengejutkan karena mereka sudah siap memakai pakaian ala-ala pantai dengan satu buah kelapa muda segar.Â
Ternyata oh ternyata mereka memiliki tempat yang menjadi basecamp yaitu sebuah tempat kecil yang kebetulan ada baliho berpemandangan laut dan sudah mereka hias dengan beberapa barang bekas seperti ban dan botol bekas. "Pantai jadi-jadian" ala mereka inilah yang terus mengilhami mereka bahwa suatu hari mereka bisa bermain ke pantai aslinya.
Impian ke Pantai Bali menjadi perusak persahabatan
Suatu hari, Dito membeli snack coklat dan memberitahukan ada undian liburan ke Bali kalau kode dalam kemasannya diumumkan di televisi. Sontak Neneng, Adi dan Tama ikut antusias.Â
Dito pun mengungkapkan harapannya sangat ingin ke Bali, karena ibunya bekerja di sana. Kangen dengan ibunya inilah yang menjadikan Dito semangat untuk ikut undian. Karena setia kawan, Neneng, Adi dan Tama berjanji bahwa siapapun di antara mereka yang memperoleh kemujuran kodenya tembus dan terpilih sebagai pemenang, maka akan memberikannya kepada Dito, agar Dito bisa mencari dan bertemu dengan ibundanya.
Sayang, janji tinggal janji Ketika Neneng ternyata yang mendapatkan rezeki itu. Neneng yang berubah pikiran dan ingin menyenangkan ibunya, menolak untuk memberikan kuponnya ke Dito. Tama jelas geram karena Neneng melanggar janji mereka sebelumnya, ia berkata bahwa Neneng egois dan tidak setia kawan. Keretakan persahabatan mereka pun dimulai.