Ketua FFI periode 2018-2020 ini merupakan sosok yang menjadi pemeran dalam film "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata, yaitu Lukman Sardi. Anak dari Idris Sardi ini tidak bekerja sendirian, ia dibantu oleh Catherine Keng (Sekretaris), Edwin Nazir (Keuangan dan pengembangan Usaha), Lasja F. Susatyo (Program), Nia Dinata (Penjurian), dan Coki Singgih (Komunikasi).
 Pria yang memainkan peran sebagai Ikal di Film Laskar Pelangi ini menyatakan bahwa FFI tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang komitenya berubah setiap tahun, adapun program kerja komite 2018 ini akan berjalan selama 3 tahun sampai tahun 2020.Â
Melalui program kerja 3 tahun ini, Lukman Sardi juga membicarakan rencana melibatkan semua stakeholder termasuk sekolah dan komunitas. Lukman Sardi berpendapat bahwa literasi film terutama ke pendidik masih kurang oleh karena itu Lukman ingin meningkatkan literasi melalui film.
Program Tahunan FFI 2018-2020
Melalui struktur komite FFI 2018-2020 tentunya ada banyak agenda yang telah direncanakan untuk dieksekusi, tentunya dengan melibatkan kerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk pengembangan ekosistem, Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud untuk pembinaan, Lembaga Sensor Film untuk perlindungan masyarakat, Badan Perfilman Indonesia sebagai peran serta masyakarat.Â
Lembaga pendidikan untuk kajian dan pendidikan, asosiasi profesi untuk meningkatkan profesionalisme, komunitas untuk pengembangan potensi masyarakat, bioskop atau ruang putar sebagai sarana distribusi film, media sebagai media promosi dan apresiasi, LSP Kreator Film untuk sertifikasi kompetensi, akatara yang membantu pembiayaan perfilman, Komisi Film Daerah yang menunjang untuk layanan syuting dan masih banyak lainnya.
Program yang disusun oleh Komite FFI dibagi menjadi 3 yaitu program pendek, menengah dan panjang. Salah satu program yang paling dekat yaitu Piala Citra 2018 yang akan dilakukan dalam 3 bulan ke depan. Selanjutnya program yang direncanakan meliputi:
- Kanonisasi Film Indonesia : Program ini dilakukan dengan menyusun daftar kanon film Indonesia sepanjang masa.
- Masterclass: Program ini ditujukan bagi film yang masu kategori nominee atau pemenang Piala Citra untuk mendapatkan pelatihan tingkat ahli.
- Pembiayaan perfilman : Program ini dibuat khusus untuk proyek film dengan fokus eksperimentasi dan pengembangan estetika film.
- Kolaborasi komunitas : Program ini ditujukan bagi para komunitas yang menjadi ujung tombak dalam peningkatan kualitas film Indonesia, khususnya dalam bidang produksi, eksibisi, festival dan apresiasi.
- Market Screening/Showcase : Program ini akan menayangkan film-film nominasi FFI dan film Indonesia yang berkualitas baik kepada distributor, sales, agent, buyer, atau programmer festival luar negeri.
- Literasi dan Apresiasi publik : Program ini dijalankan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat membaca dan mengapresiasi film-film berkualitas baik.
Piala Citra 2018: "Mencari Mahakarya Batasnya Hanya Kualitas"
Â
Proses penilaian dan standar penilaian selalu menimbulkan rasa "penasaran" yang besar bagi setiap insan di dunia film Indonesia. Merujuk pada tema piala citra 2018: "Mencari Mahakarya Batasnya Hanya Kualitas" seolah menjadi hukum mutlak bahwa kali ini penilaian akan dilakukan dengan lebih detail dan professional.Â
Di hadapan para awak media saat konfrensi pers Launching Festival Film Indonesia, pria kelahiran 14 Juli 1971 ini menyatakan bahwa untuk dewan tim penjurian akan dilakukan oleh asosiasi profesi dengan spesifikasi keahlian dan kualifikasi tertentu melalui proses seleksi internal.Â