Mohon tunggu...
Elfatta Anjari
Elfatta Anjari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ilmu yang manfaat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tetesan Syukur dari "Terminal"

13 Januari 2012   23:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bissmillah,,,^^

Inspirasi tanda syukur yang sedang terukir satu persatu dengan membagikannya untuk kalian sahabat,,,,

Merenungi hakikat uraian kali ini tentang “seorang yang bergantung hidup dari membersihkan lantai bis di terminal”

Terminal adalah tempat pemberhentian bis, dimana banyak orang yang naik untuk melanjutkan perjalanannya ataupun turun karena inilah tempat tujuannya,,,tidak hanya sebatas hal ini sebenarnya,,banyak kehidupan disana,,banyak yang bergantung dari berdenyutnya alur ekonomi di terminal,,antara lain penjual asongan, ini pun bermacam-macam penjualnya ada yang menjual makanan, buku2, alat tulis, dompet, bantal, bahkan alat dapur juga ada lho..

Tidak hanya penjual asongan, tukang becak, sopir taksi, kuli barang, makelar penumpang (pencari penumpang biar mau naik bis yang ditawarkan), pegawai karcis 200 (yang biasa penumpang masuk terminal ditarik 200 rupiah), tukang pijit sopir, sampai tukang pungli kamar mandi bergantung pada tempat yang dimana ratusan orang bisa singgah diterminal ini setiap harinya..

Salah satu dari sekian orang adalah saya yang menggunakan bis sebagai alat transportasi utama setahun terakhir ini,,,seperti biasa diterminal terbesar di kota yang bersemboyan “The spirit of Java”,,,adalah sebagai awal dari perjalanan saya menuju kota tahu bakso.

Seperti biasa, hobi yang suka memotret kehidupan sosial aktivitas orang yang lalu lalang disekitar selalu saja muncul,,,kali ini kamera ponsel tertegun pada jendela bis dimana saya duduk didalamnya, yang tepat terfokus pada seorang laki-laki paruh baya (kira-kira 60 tahun usianya), memakai kacamata, sedikit terbatuk-batuk yang akan menaiki bis dengan membawa peralatan layaknya ingin membersihkan sampah (sapu lidi dan sekop yang telah lusuh)..

Sengaja saya memperhatikan beliau, karena bis yang saya naiki masih nge-time beberapa waktu dan saya pun ingin tahu apa yang akan beliau lakukan dengan peralatan tersebut. Ternyata beliau adalah seorang pembersih sampah-sampah di bis yang berhenti di terminal itu. Jadi bis-bis yang telah beroprasi, akan berhenti di blok-blok tertentu di dalam terminal yang sesuai jenis bis dengan tujuan masing-masing. Saya sempat mengabadikan moment beliau yang akan menaiki bis untuk membersihkan sampah dalam bis yang beliau tuju,…

Betapa susahnya bapak tersebut sahabat,,telah serenta beliau masih mencari nafkah dari sampah yang berserakan di dalam bis….setelah selesai pada satu bis, beliau mulai menaiki bis yang lain dengan tujuan yang sama yaitu membersihkan dan memunguti sampah yang ada.

Langkahnya yang pelan dan lamban, seakan mengisyaratkan lelah dan penat yang beliau rasakan, beradu dengan kepulan asap bis yang tak terhitung telah terhirup oleh hidungnya, yang tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh siapapun, jika menghirup udara kotor disetiap harinya.

Sebenarnya tidak hanya beliau satu-satunya orang yang mencari rupiah demi rupiah dari membersihkan sampah di bis ini, terlihat ada banyak juga yang lain. Namun beliau inilah yang terlihat renta diantara yang lain. Tidak sembarang bis yang bisa beliau bersihkan, hanya bis tertentu yakni bis yang se-oprasian (satu jalur). Karena bis dengan jalur yang berbeda maka orang berbeda juga yang membersihkannya.

Kali ini sesi wawancara yang biasa saya lakukan, sayangnya tidak bisa karena saya berada di dalam bis dan bis yang saya naiki mulai berjalan pelan meninggalkan terminal,,,sehingga artikel ini tidak bisa mendetail tentang kehidupan beliau….iba sekali melihat beliau ini, rasa tak tega jelas hinggap di hati ini, membayangkan jika saya yang berada pada posisi tersebut.

Namun jika ditelisik, tentunya penghasilan beliau hanya sebatas cukup untuk makan sehari-hari..maka dari hal ini untuk kesekian kali kita mendapat pelajaran positif dari beliau untuk bersyukur atas nikmat demi nikmat yang Allah berikan pada jiwa-jiwa kita yang saat ini berkecukupan atau berlebih.. moment-moment yang seperti inilah yang harusnya selalu bisa membuat kita untuk mengucapkan Alhamdulillah pada keadaan kita sekarang ini..

Sahabatku,,,,,

“…..Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan tetapi Allah memberikan apa yang selalu kita butuhkan……”

Tetapi tidak pernah terbesit di pikiran kita kata-kata tersebut. Saya pun sadar bahwa memang tak semua yang kita inginkan terpenuhi dan apa yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita,,,, sebagaimana firman Allah SWT ,,,

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu, tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

Sahabat telah secara gamblang tertulis dalam firman Allah, yuukkk sama-sama kita bermuhasabah dari potret orang-orang disekitar kita yang kurang mampu, rasa syukur itu bisa dipupuk dari hal-hal kecil yang bisa kita jumpai di kehidupan sehari-hari jika kita mau untuk melihat orang-orang disekitar kita,,,

Pesan pentingnya adalah mari sama-sama teruslah untuk selalu bersyukur karena rasa syukur yang agung pada setiap pribadi akan memberikan nilai positif pada mindset kita, untuk menghargai apapun pekerjaan orang lain, menerima keadaan dan terus berusaha untuk jauh lebih baik menjadi yang terbaik…..

Disetiap artikel yang saya publish, tidak untuk menceramahi, menggurui dan sejenisnya,,,tetapi lebih untuk mengingatkan diri saya pribadi dan sahabat-sahabat untuk memetik poin utama yang ada dari tulisan ini…Semoga kita senantiasa digolongkan pada hambaNya yang selalu bersyukur…Amin Ya Robbal alamin…..^_^

“Jika Aku Menjadi….. “

“….…Jika aku menjadi, berubah melawan garis yang tertulis bukan Dia (Allah) tidak mendengar doa kita, namun Dia (Allah) tahu yang terbaik……..”(sepenggal lirik lagu “Jika Aku Menjadi” : Melly Goeslaw).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun