Hai, Djie ! Kamu baik-baik saja kan? Setahun persis sudah berlalu. Saya panik bagai kaki tak dapat menapak bumi saat itu. Rasanya belum sanggup saya urai kejadian runtun saat itu meski semua rasanya masih di depan mata. Saat itu saya bertanya terus kepada Tuhan, mengapa kamu begitu cepat diambil olehNYA...? Rasanya tidak adil....
Tapi pertanyaan itu tak lama tersimpan di hati. Segera saya paham sepenuhnya. Tuhan begitu menyayangimu. Dunia lain mungkin saja jauh lebih indah dan nyaman. Jauh dari tipu daya dan yang serba manipulasi. Dan di situlah tempatmu.
Adjie, terima kasih sudah memberikan perhatian besar kepada saya selama ini. Terima kasih sudah berbagi dan mempercayakan banyak cerita uneg-unegmu beberapa waktu sebelum Tuhan mengambilmu. Kita memang tidak sedarah, Djie. Tak perlu orang lain katakan, kita kan sudah tahu sejak dulu. Namun di kala nestapamu yang pernah dulu kamu alami, Alhmdulillah saya , yang hanya 'tiri', diberi kesempatan oleh Tuhan untuk turut berada di sampingmu, membantu dengan segala upaya sebisa-bisanya saya. Saya masih menyimpan banyak foto ketika kamu dan kedua anakmu Zahwa dan Alliyah nyaris dua bulan berada di rumah saya. Kamu memandikan Zahwa dan Alliyah sebelum berangkat ke kantor, kamu nyeboki mereka, kamu memeluk hangat di kala malam hari, menari-menari menggendong keduanya di samping piano saya mengikuti lagu yang saya mainkan. Kita tanggung bersama keruwetanmu dulu dengan segala kekuatan doa. Semua itu menjadi kenangan indah kita, bukan? Dan tentu kamu sepakat mengatakan bahwa ada orng yang ngawur menganggap saya hanya dekat denganmu di kala pesta saja, di kala senang-senang saja. Hahahaa...!
Tuhan menjalankan roda kehidupan manusia sesuai kehendaknya, Djie. Hikmahnya baru kita sadari belakangan. Ingin rasanya saya memandang raut wajah ekspresimu setelah melihat dari kejauhan semua yang terjadi selama setahun ini. Tampaknya tak jauh berbeda dengan raut saat kamu bercerita panjang lebar ke saya, bukan?
Saya yakini kamu sekarang sudah tenang. Tersenyum dari jauh, tertawa, geleng-geleng kepala, bahkan barangkali menarik nafas panjang..... Yang penting, sebagai nakhoda kamu sudah sempat melontarkan puluhan kali nasihat kepada sang penumpang kapal di dalamnya. Hasilnya, andaikan ada yang tak diikuti, AKIBATNYA sudah bisa disaksikan beramai-ramai oleh jutaan orang. Salam dan doa saya tiada henti untuk kamu, Djie ..! Dari saya yang tidak sedarah denganmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H