Banyak yang sudah wafat.., tapi pertemanan mereka menjadi kenangan indah bagi saya. ( saat saya berbicara begitu, uwak Pertiwi segera mengusap lengan saya karena ikut merasakan keharuan saya).Â
Sejak tahun '60an, Beliau memang selalu menjaga makan. Tidak suka kue manis, makanan manis, tapi kalau ke rumah kami selalu membawa coklat Van Houten, yang dulu sangat mahal sekali dan jarang ada di Indonesia.Â
Oom Bob selalu bawa dari luar negeri. Semua seisi rumah harus makan coklat manis-manis, padahal dia sendiri tidak mencicipinya karena anti makanan yang manis....curang kan?" - Gelak tawa tamu kembali seru.Â
Hari Minggu siang itu, akhirnya menjadi hari Minggu yang sia-sia untuk rapat pekerjaan, tapi sangat bermanfaat bagi saya dan Ahmed. "Kalian lihat saja dulu buku ini, pelajari di rumah. Lalu saya ingin kalian menulis buku selanjutnya dengan gaya seperti ini. Ringan, tidak muluk-muluk, dan menarik!", kata Bob Hasan. Â
Seorang teman nyeletuk di samping saya, "Emangnya lo mau bikin buku apa'an Lin?" . "Uih..rahasiaa.... hahahahaa...!", jawab saya. Suasana seru membuat saya riang, campur aduk sedih (ingat ayah almarhum), terharu melihat betapa Bob Hasan tidak lupa kacang pada kulitnya (ia kumpulkan hampir semua anak, cucu keluarga besar Ahmad Yani dan dari keluarga Gatot Soebroto sebagai ayah angkatnya, juga ia niatkan hasil penjualan buku untuk kegiatan PASI - Persatuan Atlet Indonesia. juga untuk PERTUNI - Persatuan Tunanetra Indonesia). Â Â
Lalu saya dipersilakan naik ke panggung untuk juga memperoleh buku keren itu, dan sengaja Bob Hasan menulis untuk Linda G ( karena dia selalu meledek saya Linda Gombret/Gendut) ... nah, jahil lagi kan dia?! Â
Saya makan nasi liwet, kimlo, asinan, semua atas hasil kerja Iki, anak gadis Bob Hasan yang pekerja keras dan amat bersahaja itu. Oya, tentang isi buku yang seru dengan tampilan foto warna-warni dan sangat menarik itu...nanti yaaa.., lain waktu saya ceritakan.