Mohon tunggu...
Linda Handayani
Linda Handayani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya berasal dari Kota Serang, saat ini saya sedang menjalankan studi S1 di Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jam Karet Bikin Karir Macet

13 Oktober 2014   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jam Karet Bikin Karir Macet"



Saat ini, kita sering mendengar istilah ‘jam karet’. Seolah-olah istilah ini sudah tidak asing dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan jam karet? Apakah penyebabnya? Dan apakah dampak dari jam karet tersebut bagi pelakunya? mari kita kupas dalam artikel ini.


  • Pengertian ‘Jam karet’

Jam karet adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut kegiatan atau kedatangan yang tidak tepat waktu. Mengulur waktu sampai melebihi waktu yang telah ditentukan. Mengapa dianalogikan dengan karet? Karena ya, bagi pelakunya, waktu sudah seperti karet yang dapat diulur. Jam karet ini merupakan suatu kebiasaan buruk yang dilakukan secara terus-menerus sehingga kebiasaan ini seolah telah menjadi budaya masyarakat Indonesia.


  • Penyebab ‘Jam Karet’

Banyak alasan yang menyebabkan jam karet ini sulit dilepaskan dari kehidupan kita, diantaranya yaitu:

1. Kebiasaan menunda

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang yang mempunyai kebiasaan menunda sesuatu, menganggap waktu masih panjang, sehingga mereka sering ‘menyepelekan’ dan menunda segala sesuatu yang sebenarnya dapat segera dilakukan.

2. Jam karet sudah dianggap sebagai budaya

Dalam berbagai acara, seringkali seseorang enggan untuk datang tepat waktu karena menganggap sudah pasti acara tersebut tidak akan mulai tepat waktu.

3. Kebiasaan memaklumi keadaan

Selalu ada alasan yang dibuat logis oleh pelaku jam karet, sehingga mendorong orang lain untuk memaklumi keterlambatannya. Jika setiap alasan keterlambatan selalu dapat dimaklumi, maka ketegasan disiplin akan sulit diterapkan.


  • Dampak jam karet bagi pelakunya

Apa akibatnya jika kebiasaan ‘ngaret’ atau ‘jam karet’ ini dipelihara? Apakah kebiasaan ‘ngaret’ seseorang mempengaruhi cepat atau lambat kesuksesannya? Lalu apakah kebiasaan tersebut berkaitan dengan bagaimana seseorang menghargai waktu orang lain?

Disiplin adalah kepatuhan pada aturan atau perintah yang ditetapkan oleh organisasi, termasuk kepatuhan pada aturan waktu. Orang-orang yang terbiasa menjadi pelaku ‘jam karet’, akan menghadapi banyak kesulitan dalam karirnya, diantaranya yaitu:

1. Sulit mendapatkan pekerjaan

Pada tahap recruitment calon karyawan, manajer akan menetapkan berbagai kriteria, dan menilai setiap calon karyawannya sehingga terpilihlah karyawan baru yang memenuhi standar kriteria perusahaan. Pada umumnya, perusahaan menginginkan karyawan yang disiplin dan taat pada aturan-aturan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. oleh karena itu, orang-orang yang tidak disiplin akan sulit mendapatkan pekerjaan.

2. Sulit mendapatkan Promosi

Karyawan yang memiliki tingkat kedisiplinan waktu yang rendah, pada umumnya mengasilkan kinerja dan produktivitas yang rendah, sehingga mereka akan sulit mendapatkan promosi (kenaikan jabatan).

3. Mendapatkan Sanksi Pemotongan Upah

Pemotongan upah sebagai denda atas pelanggaran yang dilakukan pekerja dapat dilakukan apabila hal tersebut diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis/ peraturan perusahaan. (Pasal 95 UU no 13/2003 tentang Tenaga Kerja).

4. Ancaman Kehilangan Posisi

Karyawan yang tidak disiplin cenderung memiliki tingkat kinerja dan produktifitas yang rendah, sehingga posisinya terancam digantikan oleh karyawan lain yang lebih produktif.

Menghilangkan budaya jam karet di Indonesia memang tidak mudah. Namun bukan tidak mungkin kebiasaan tersebut dapat dihilangkan atau setidaknya diminimalisir. Dengan mempertimbangkan dampak negatif budaya ‘ngaret’ terhadap karir seperti yang telah dijelaskan, diharapkan timbul kesadaran bagi karyawan dan para calon karyawan untuk menghilangkan atau meminimalisir kebiasaan buruk yang telah membudaya tersebut.

By. Linda Handayani, Shidqi Hirzianto, M. Faqih Bayyanulah,  Alyssa Wilanda, Wafi M. Rifat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun