Perkembangan dunia saat ini telah bergerak menuju ke arah teknologi yang sangat canggih dan begitu meringankan kehidupan manusia dalam bidang apapun. Munculnya istilah dunia siber yang menghilangkan batas-batas wilayah negara, maknanya saat ini manusia tidak terbatas oleh jarak dan waktu lagi untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan manusia lainnya di belahan dunia manapun.Â
Perkembangan ini tentunya tidak serta merta memberikan makan siang gratis bagi kehidupan manusia, kemajuan ini juga mendatangkan ancaman besar serangan siber yang kita ketahui dengan istilah Cyber War.Kejadian yang telah terjadi adalah dunia siber ini menjadi tempat penyalahgunaan informasi, berbagai informasi dapat tersebar luas dengan sangat cepat. Informasi yang tersebar belum dapat ditentukan kebenarannya karena banyak pengalihan informasi dilakukan oleh orang dengan maksud kepentingan tertentu.
Hal ini terjadi saat pelaksanaan pemilihan umum yang membutuhkan sarana cepat untuk menyampaikan informasi dalam rangka kampanye untuk pasangan calon pemimpin, baik di pusat maupun daerah. Sejak Pilpres tahun 2014 telah muncul istilah Cyber Army yang merupakan tim sukses pemenangan pasangan calon yang didukung oleh partai politik.Â
Pelaksanaan nya mulai menyimpang karena terlihat adanya Black Campaign yang terjadi saat itu, muncul artikel-artikel yang menjelekan pihak lawan nya dengan informasi hoax. Black Campaign terus berlanjut dalam pemilihan-pemelihan berikutnya, seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 begitu banyak informasi yang sifatnya menjelekan pasangan calon Kepala Daerah saat itu yang menarik isu SARA dan berbagai macam informasi hoax dengan tujuan menjatuhkan elektabilitas calon tersebut.
Kemunculan MCA (Muslim Cyber Army) yang menyebarkan informasi hoax, ujaran kebencian, dan ajakan untuk tidak memilih calon Kepala Daerah tertentu menjadi atensi bagi pemerintah karena mengancam pelaksanaan pemilihan umum selanjutnya.Â
Kelompok ini menyebarkan Black Campaign yang menyerang salah satu calon saat itu, melalui isu-isu yang sensitif dan informasi hoax hingga mampu membuat elektabilitas dari pasangan calon tersebut jatuh yang awalnya memiliki elektabilitas tertinggi menurut survei LSI (Lembaga Survei Indonesia).Â
Kejadian ini menjadi tolak ukur bagi calon Kepala Daerah yang akan bertarung dalam Pilkada Serentak 2018, sehingga saat ini masing-masing tim sukses telah menyiapkan Cyber Army untuk pemenangan calon kepala daerah yang didukung nya. Fenomena ini lah yang akan mengancam Pilpres 2019 selanjutnya karena masing-masing partai menyiapkan Cyber Army yang siap mengubah pemikiran masyarakat untuk memilih, sesuai dengan kejadian sebelumnya yang tentunya menjadi ajang Black Campaign.
Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam mengawasi aktivitas yang dilakukan oleh Cyber Army masing-masing partai ini yang diharapkan tidak menyalahi aturan yang berlaku.Â
Masalah ini dapat membahayakan pelaksanaan Pilpres 2019 karena muncul tim sukses yang membentuk Cyber Army nya yang dengan dapat melakukan Black Campaign sehingga suhu politik akan terus memanas dan mengancam keamanan nasional. Dampaknya dapat mengakibatkan stabilitas politik akan terancam yang akan berimbas kepada stabilitas nasional.
 Melalui tulisan ini diharapkan masyarakat luas dapat menjadi pemilih yang cerdas dan mampu menelaah informasi yang didapatkan melalui berbagai media, perlu dilakukan pendalaman apakah informasi itu benar atau salah. Sehingga kita memilih calon pemimpin yang tepat dan cocok sesuai dengan keinginan masyarakat luas bukan yang dibuat buat kebaikannya melalui media siber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H