Mohon tunggu...
Lince Ritonga
Lince Ritonga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Horass...\r\n\r\nAnak Medan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ombak Batam

4 Januari 2016   14:52 Diperbarui: 4 Januari 2016   20:28 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Kalau masalah teman jangan tanya?” menyebutkan dengan lantang, seolah ia merindukan teman seperjuangannya dulu. Saya sangat yakin dari apa yang terlihat oleh mata, hampir 7 bulanan juga mengenalnya. Orangnya periang, ramah, royal dan sangat gampang berbagi.

“ Dia yang ingin aku cari, dari sekian banyaknya” ia menyebutkan dengan nada penyesalan yang sangat mendalam. Bahwa ia akan meminta maaf atas kesalahan yang sangat melukai wanita yang tulus mencintainya. Dengan alasan bahwa wanita itu rela mengantarnya untuk menemui wanita lainnya, rela memberikan sebagian gajinya, yang paling mengerti dan itu yang bernama Uli. Saya sih berpendapat, bagaimana ia tidak seperti itu semantara harga diri sebagai seorang wanita sudah tak ada, mungkin saja wanita itu tidak ada pilihan lain, tapi entahlah menurutnya itu sebuah ketulusan.

Ada wanita yang masih berbaik hati, pernikahannya dengan salah satu teman wanitanya dulu. Namun keberadaannya istrinya tidak membuat ia move on, masih saja ia merasa seperti anak lajang. Air matanya menetes seketika saat menyebutkan kata “ Ibu”, ya allah seburuk apapun kita kalau bicara masalah seorang ibu sangatlah tersentuh.

“ Saat ibuku datang kekota ini, hanya satu tujuan ingin membawa ku pulang kejawa lagi”.

“ Tapi saat itu aku kabur setelah pemesanan tiket” menarik nafasnya perlahan. “ Dua tahun aku tak pernah menjumpai kakakku dikota ini, dan dua tahun juga aku tanpa komunikasi sama keluarga”.

Pertengkaran dengan istrinya sudah menjadi makanan sehari-hari. Kecurigaan istrinya yang tak pernah salah, ia masih sebagai mana lajangnya. Akan tetapi saat istrinya hamil tua, saat itu ia merasa ada yang salah dengan hidupnya. Saat pamitan dibandara Hang nadim BATAM.

“ Hidup ini kita tidak ada yang tahu mas, aku harap mas berubah, jaga diri baik-baik” menunggu diruang tunggu. Ia spontan mencium kening istrinya “ baik-baik sayang” baru pertama kali itu bersifat manis kepada istri dan calon anaknya. “ Rasanya lega melihat senyumnya ce” masih tampak berkaca-kaca kedua bolanya.

Ia mengusap wajahnya, saya yakin ia sangat berhati lembut, menyadari kesalahan dan mau memperbaikinya. “ Yah seperti ini, tiba giliran sekarang, tidak punya apa-apa, tidak punya masa depan yang jelas”ucapnya lagi. “ coba dulu hidupnya benar, coba dan coba” kerap ia ulang-ulang, sementara itu saya mengalihkan pembicaraan. “ Mungkin oom, sudah dicari dibawah, selamat beraktivitas kembali”, “ Terimakasih ce, semoga sukses”jawabnya. Saya hanya mengaminkan didalam hati.

 

 

( Berdasarkan kisah S.Pamuji).

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun