“Aku selalu merasa punya banyak uang untuk menopang sisa hidupku, sehingga membutakan apa yang terjadi”
“Uang menenangkan saraf, tapi bukan untuk obat hati” hanya terdengar oleh hatinya.
“ Umi..”sebutan pertama Ismad setelah sekian lamanya.
“Mungkin aku orang kedua yang diam-diam mendoakanmu disetiap sujudku”tambah wanita itu dengan pandangan tak tentu arah.
“ Maafkan aku jelita, maafkan aku?”memeluk istrinya.
“Jangan pernah putus asa karena cinta, mas akan bertemu dan mungkin akan kehilangannya kembali, Tetap cinta karena cinta pemilik hati”memperbaiki hijabnya lalu memegang erat tangan Ismad.
“Mungkin bidadariku tersenyum melihatku dengan sekarang ini”berguman dalam hati yang menyerbakkan butiran rindu.
~The END~
BY : Lince Ritonga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H