Salsa berdiri. Kali ini ia sudah lebih tenang dan sinar matanya kembali tegas. Dengan cekatan ia memberesi sisa keberantakan yang telah terjadi.
Kopi yang awalnya masih panas sekarang sudah dingin. Salsa menambahkan air lalu memberinya es batu, kemudian ia membuat kopi panas lagi untuk Noah. Ia berjalan santai menuju atap, tangannya dengan mantap membawa baki berisi kopi panas mengepul. Tidak hanya kopi, ia menyajikan biskuit jagung dan beberapa cokelat keping.
Langkahnya kembali terhenti di depan pintu besi, lagi-lagi ia membenci jendela polos persegi yang dapat dengan jelas menampakkan pemandangan luar. Salsa menatapnya sejenak lalu bersembunyi, menempatkan diri di samping pintu. Ia lebih memilih mendengarnya saja tanpa harus melihat sesuatu yang terjadi di luar sana. Setelah semuanya kembali hening, Salsa menggigit bibir begitu mendapati kopinya telah menjadi dingin, es kopi sudah meluap dari bibir gelas yang mungkin rasanya sudah tidak manis lagi. Dengan cepat ia menuju dapur untuk membuat kopi panas. Namun hal yang sama kembali terulang, ia tertahan di balik pintu hingga kopi mendingin.
Hal serupa terulang hingga empat kali.
"Saa..." panggil Noah. Wajahnya  berseri-seri ketika melihat Salsa bermain ponsel sambil mengaduk kopi. Gayanya yang santai membuat Noah semakin gemas. "Kau ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat secangkir kopi panas untukku, Sa."
"Tunggu saja di atap, aku akan segera membawakannya untukmu," kata Salsa. Noah mengangguk lalu berjalan meninggalkan dapur. Salsa terlihat tergesa-gesa menyusul. Sebentar kemudian ia sudah berada di belakang Noah membawa secangkir kopi panas beserta biskuit jagung dan cokelat keping.
"Terima kasih calon istriku." Noah memujinya. Pipi Salsa memerah. Noah menyukai reaksi itu, jika melihat Salsa tersipu maka akan membuat hatinya seolah berselaput mahkota bunga mawar.
"Coba kau ceritakan sesuatu yang menarik padaku," rengek Salsa manja.
"Aku sedang tidak memiliki cerita menarik untuk diceritakan padamu, Sa."
Salsa tersenyum kecut.
"Atau mungkin lebih baik kita membahas pernikahan kita?" tanya Noah. Salsa menundukkan kepala, jari-jarinya mencubiti ujung jari yang lain. "Topik itu jangan disinggung dulu, Noah. Aku sedang capek."