"Saa..." Kamar Salsa kosong.
"Saa..." Ruang TV pun kosong.
"Saaa..." Ruang baca favoritnya pun kosong.
"Saaa...." Ia memelankan suara ketika membuka ruang doa. Salsa berada di sana, duduk dengan tenang, mata terpejam dan bibirnya komat-kamit memanjatkan doa.
"Oh." Noah menutup pintu, namun sebelumnya ia membelai kepala Salsa dengan lembut. Gadis itu memang penuh kejutan.
Noah meninggalkan ruang doa. Matanya melirik pintu kamar mandi yang terbuka. Hal itu tidak biasa! Salsa adalah orang yang tertib dalam segala hal. Dapat dipastikan Salsa tidak tahan melihat lampu menyala di siang hari, keran yang terus menetes apalagi pintu kamar mandi yang terbuka. Namun ia tidak mau berpikiran macam-macam. Mungkin tadi Salsa terburu-buru.
"Hah?" Noah mendapati cangkir kopinya sudah berisi kopi, sudah dingin. Satu cangkir lagi terlihat masih panas. Ia tertegun sejenak.
"Sa?"
Pintu ruang doa masih tertutup rapat. Mungkin Salsa sedang memiliki banyak hal yang ingin diceritakan pada Tuhan, pikirnya. Noah membuang prasangka buruknya jauh-jauh.
Setelah tidak terdengar suara apapun, Salsa membuka mata. Hembusan nafas panjang yang bergemuruh menyeruak rongga tenggorokan. Hembusan itu membuat dua lilin yang menyala di depannya mati.
"Aku harus mampu menghadapinya hari ini."