"bumi berputar, waktu berjalan,
tak bisa menghindar, kita harus tumbuh dewasa...."
sepenggal lagu berjudul nostalgila dari nanoe biru yang saya copy beberapa hari lalu membuat saya sejenak kembali ke masa lalu ketika saya masih duduk di bangku sma. bila bang haji rhoma mengatakan darah muda..darahnya para remaja...., mungkin saya mengakui benar adanya..hahaha..bukan berarti saya sudah tua loh.....hahahahaa
waktu itu sedang musim ujian sekolah. saya yang waktu itu masih menggunakan angkutan pribadi sejenis minibus atau kalau orang jogja aseli seperti saya memanggilnya "omprengan" ( mungkin di lain tulisan saya akan menceritakan lengkap ompreng ini)hehehe.....
kembali ke jaman ujian, pagi itu saya sudah bersiap- siap untuk berangkat sekolah seperti biasanya, bedanya pagi itu saya menyiapkan alas tulis yang terbuat dari triplek karena menurut pengalaman, meja di sekolah saya banyak yang berlubang.
saya naik ompreng yang lumayan penuh dan akhirnya seperti guide wisata saya duduk di kursi depan sebelah pak sopir. sedikit berbincang dengan beliau ( bapak sopir ompreng itu) saya meletakkan alas ujian itu di dashboard depan. setibanya di perempatan (tempat biasa saya turun) saya langsung tancap gas lari.
sekolah saya tepatnya berada di kota yogyakarta paling utara, ibaratnya perbatasan antara kabupaten dengan kotamadya, jadi untuk kesekolah saya naik dua kendaraan. bus ompreng yang hanya lewat jalan lurus kaliurang - yogya, dan dengan bus jalur ( saya lupa jalur yang mana ) karena banyaknya bus jalur yang ada. hehehee.....
waktu naik bus jalur, saat itulah saya baru teringat kalau saya sebelum berangkat membawa "sesuatu".
yaaaaaah.........ketinggalan......, miris saya waktu itu. sedikit kecewa karena alas itu saya beli sehari sebelumnya dan demi ujian. masih bisa dapat ga ya? pikir saya.
sampai disekolah akhirnya saya mengikuti ujian sekolah meski tanpa alas, dan untungnya saat saya mengerjakan, saya tidak dapat meja yang bolong. saat pulang sekolah, secara tidak disangka saya bertemu dengan ompreng yang saya naiki tadi pagi, hanya sayang waktu itu penuh dan lampu lalu lintas sudah berubah hijau. bapak kernet sudah melambaikan tangan isyarat ga bisa dinaiki satu orang penumpang lagi. tapi, saya tetap mengejar ompreng itu."pak....., sek enteni ( pak sebentar tunggu )", sambil berteriak saya berlari mengejar, dan ompreng itu berhenti. "maaf pak, saya cuman mau ambil alas ujian saya". dan akhirnya saya pun mendapatkan kembali alas itu.
kalau diingat - ingat pastilah maluuu sekali..., berteriak samapai pengguna jalan yang lain melihat perjuangan gila saya mengejar alas ujian itu. hahahaha.......