Saat siang menjelang, langit tampak gelap karena mendung. Kilat juga tampak seakan-akan membelah awan. Caltha panik, khawatir dengan keselamatan bayi larva. Sedangkan adik-adik Caltha semakin berisik karena panik. Mereka belum menemukan ide atas tindakan apa yang hendak dilakukan.
"Kalian! Tenanglah! Aku sedang mencari ide. Aku benar-benar bingung menghadapi semua ini," kata Caltha dengan keras karena terlalu panik.
"Semakin gelap. Angin pun bertiup kencang," lanjut Winnie.
"Kilat juga membelah awan," lanjut Yigit.
"Aku takut. Kita bisa masuk ke dalam tanah. Tapi bagaimana dengan bayi larva?" Lanjut Xavier yang juga merasa cemas dan panik.
"Tenanglah. Aku mau cari cangkang keong yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya," Zain pun akhirnya menemukan ide.
Lalu, Zain bergegas pergi meninggalkan mereka. Caltha tidak melarangnya, mungkin karena terlalu panik.
Viena, Winnie, Xavier dan Zain pun merapat mendekati tubuh bayi larva yang tampak menggigil kedinginan. Viena menyeka tanah dari tubuh bayi larva dengan penuh kasih sayang.
"Caltha, sepertinya bayi larva ini sangat kedinginan," kata Xavier kepada Caltha.
"Rapatkan tubuh kalian ke badan bayi larva seperti yang dilakukan Kakek Lipan tadi pagi. Mungkin hal itu bisa membuat tubuh bayi larva sedikit hangat," perintah Caltha kepada adik-adiknya.
Tak lama kemudian, Zain datang memberitahu jika ada cangkang keong yang sudah tidak berpenghuni.