Tetapi saudara-saudara Gizem hanya menangis. Gizem pun berusaha turun menolong mereka. Namun, Pigo malah memburunya.
"Bapak...! Ibu...! Tolong...!" Teriak Gizem sambil berlari.
Dari kejauhan Gizem melihat Bapak dan Ibunya datang untuk menyelamatkan. Ibu Gizem berusaha hinggap ke mata Pigo, tetapi tetap saja Pigo mengejar Gizem.
"Gizem, cepat lari Nak! Cepatlah lari dengan sekuat tenagamu!" Teriak Ibu Gizem sambil berusaha menghentikan Pigo.
Dari kejauhan Gizem juga mendengar suara Bapaknya yang sedang memberi arahan kepada saudara-saudaranya supaya pergi menghindar.
Gizem terus berlari walaupun sebenarnya Pigo sudah tidak mengejarnya. Dan rupanya Gizem berlari sudah cukup jauh, hingga saat menghentikan larinya Gizem sudah tidak tahu di mana sekarang.
"Aku di mana ini? Mana Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku?" Kaya Gizem dengan nafas yang berat karena kelelahan. "Aku sudah berlari terlalu jauh. Dan aku tidak tahu ke mana jalan menuju pulangnya," lanjut Gizem.
Gizem pun akhirnya memutuskan untuk singgah di pucuk pohon pandan besar setelah Gizem merasakan nikmatnya memakan daun pandan tersebut. Berharap besok setelah tenaganya pulih, Gizem bisa kembali menemukan jalan pulang.
"Sudah dua hari aku di sini. Andai waktu itu saudara-saudaraku mendengarkan aku, semua ini tidak akan terjadi. Dan tentu kami masih berkumpul," kata Gizem dalam hati.
Gizem kini terlalu larut dalam kesedihan, hingga saat malam larut akhirnya Gizem pun bisa tidur dengan nyenyak.
Bersambung...Â
Ditulis oleh Lina WHÂ