"Aku lapar. Aku mau mencari makanan diantara tumbuhan padi," kata Uno dengan semangat dan berjalan cepat menuju tumbuhan padi di sawah tersebut. Belum sampai di sana, melihat induk jangkrik yang sedang rebahan.
"Hai, Bibi jangkrik," sapa Uno dengan ramah dan berharap mendapat balasan senyum ramah pula dari induk jangkrik tersebut.
Lalu, induk jangkrik pun berlari menjauh dari Uno dengan muka yang sangat ketakutan. Uno merasa sedih dan terpojok. Lalu Uno mengurungkan niatnya untuk mencari makan karena sudah tidak bernafsu makan lagi. Sedih dan kesepian yang selalu Uno rasakan setiap hari. Tidak ada yang mau menemani, apalagi bermain bersama.
"Hai, ular hijau kecil...! Kenapa kamu bersedih?" Kata seekor ngengat kecil tepat di depan telinga Uno.
Uno kesusahan melihat siapa yang mengajaknya bicara, karena ngengat tersebut sangat kecil.
"Hei ular hijau kecil. Aku di sini. Aku Nela si ngengat yang sangat kecil," Nela pun kembali memanggil Uno dan berharap kali ini Uno bisa melihatnya.
"Hai Nela! Kamu sangat kecil, sehingga aku kesusahan melihatmu. Aku Uno," jawab Uno dengan senang dan bergembira.
"Kenapa kamu bersedih, Uno? Apa yang membuatmu sedih?" Tanya Nela kemudian.
"Aku bersedih, karena semua yang ada di dekatku selalu menjauh dariku. Aku tidak tahu kenapa mereka begitu," jawab Uno dengan jujur.
"Mana Ayah dan Ibumu? Apakah mereka tidak menjelaskan semuanya kepadamu?" Nela pun kembali bertanya kepada Uno.
"Aku sebatangkara. Saat aku lahir, tidak ada siapapun di dekatku. Dan aku melakukan segala sesuatunya sendiri," jawab Uno dengan jujur, dan hal tersebut membuat Nela merasa iba.