Mohon tunggu...
Lina Sophy
Lina Sophy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger!

biasa saja, itu lebih baik :) Nulis juga di blog pribadi : https://www.linatussophy.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berburu Hantu : Tersesat di Kuburan (BalChen)

1 April 2011   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita Sebelumnya dari Sigit disini

“Addduuuuuuuuhhh”  Suara gaduh Carolina yang sepertinya nubruk pintu, ia nampak buru-buru masuk ke dalam rumah Dukun Bambank dengan terpincang-pincang.

“Ono opo sayangku? Kok sepertinya ketakutan begitu?”

“Heh! Nggak usah pake sayang-sayangan. Roro Ayu! Loe lupa? Roro Ayu!” Bentak Carolina yang memang tidak punya sopan santun itu. “Elo pelihara setan ya? Barusan saya dilihatin setan-setan kecil di luar”

“Setan opoooo? Di sini nggak ada setan yang berani sama saya! Lha wong saya ini simbahnya setan kok!”

“Lha yang barusan ketemu gue di ayunan itu sopoooo? Lihat kaki saya jadi bengkak begini!” Bantah Carolina sambil menunjukkan kakinya yang bengkak karena nubruk pager sampai jungkir balik koprol di luar tadi.

***

Sementara dijalanan kampung yang sunyi terlihat tujuh anak berkostum setan lari terbirit-birit. Mereka lari jatuh bangun tanpa jelas arahnya.

“Para pandawa, Unyil, Pariyem… Berhenti dulu disini. Kita Istirahat!” Teriak Gugun mengajak kawan-kawannya untuk beristirahat.

Mendengar komando dari boss mereka, segera keenam anak tersebut menghentikan larinya. Unyil dan Pariyem lunglai. Sadewa dan Nakula alias Sigit dan Jenni duduk saling berdempet karena ketakutan. Ngashim langsung nyungsep kebawah ketiak Gugun, karena hanya Gugun satu-satunya yang terlihat lebih tenang. Sedangkan Hendra, body language-nya terlihat beda, ia tampak tidak nyaman dengan dirinya sendiri.

“ssss… sssssss…” Gugun mendengus, sepertinya indra penciumannya menangkap aroma lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun