Cerita ini telat publish... Maap ya baru sempat kembali ke Chentingsari. Cerita lanjutan Chentingsari Goes To Kraton yang belum selesai. Sebelumnya
Setelah tangis Unyil dan Ika mereda gara-gara semut merah, segera rombongan SD Chentingsari bersiap pulang. Dipimpin oleh pak Kepsek Yula, rombongan menuju pintu keluar. Sambil berjalan menuju parkiran bus, terlihat bu Mesha dan Bu Gendis sesekali melihat dan menawar barang-barang yang di jual sepanjang jalan. Bukan hanya guru-guru yang berbelanja atau sekedar melihat jualan, tapi anak-anak pun asik melihat penjual mainan.
“Shim... sini! Iki lho ada becak-becakan sama sepeda-sepedaan mini. Apik tenan yo? Sing iki mirip banget karo onthele pak guru Bain” seru Hendra sama Ngashim.
“Iyo Ndra, sing numpak pit cilik ngene sopo yo? Apik tenan” Jawab Ngashim takjub sambil memegangi sepeda mini yang di jual dipelataran keraton. Mereka ayik memegangi sambil nanya-nanya sama tukang jualannya. Mereka nggak sadar kalau mereka sudah terpisah dari rombongan.
***
Sementara di parkiran, rombongan sudah berkumpul. Anak-anak berebut untuk naik ke atas bis. Dan setelah semua naik, Babeh selaku penanggung jawab segera mengecek apakah rombongan sudah lengkap atau belum. Dan alangkah kagetnya saat mengetahui Hendra dan Ngashim belum masuk rombongan.
“Hendra sama Ngashim mana Gun?” tanya Babeh sama Gugun. Barangkali Gugun tahu dimana dua temannya itu.
“Wah ndak ngerti pak Babeh. Mungkin ke toilet nganter si Hendra” jawab Gugun yang masih tenang, dia belum sadar bahwa dua anggota Pandawa sedang tersesat dan kebingungan di luar sana.
“Lah emang si Hendra grogi nengopo sampai penyakite kambuh to Gun?” Bu Gendis ikut bertanya, bu Gendis mulai gelisah kalau terjadi apa-apa dengan Hendra dan Ngashim.
“Mungkin gara-gara dimarahi bu Mesha mau pas Unyil sama Ika nangis lho bu” Jawab Jenni sok tahu.
Rombongan semakin gelisah setelah lima menit ditunggu dua anak tersebut belum muncul juga. Para Guru segera berbagi tugas untuk mencari. Tiga pandawa lain pun tak mau ketinggalan, mereka mau ikut mencari namun di cegah oleh mbok Bon. Mereka disuruh menunggu di bis saja dan berdoa agar Hendra dan Ngashim segera ditemukan dari pada nanti ikut nyasar.