Mohon tunggu...
Lina Sobariyah Arifin
Lina Sobariyah Arifin Mohon Tunggu... -

Akan selalu mencari Kebenaran, Kebebasan dan Jatidiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan Indonesia di Tepian Jurang Perbatasan

18 Januari 2014   04:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

@sobariyaharifin

Siapa yang tidak mengenal kata globalisasi? Banyak persepsi yang dilontarkan oleh berbagai macam kalangan; mulai dari masyarakat awam sampai kaum intelektual. Indonesia merupakan negara yang berdiri atas kepercayaan-kepercayaan yang masih kental akan dunia mistis, dunia yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera kebanyakan orang. Karena butuh rasionalisasi untuk menerjemahkan dan menjelaskan, supaya makna yang tersirat ini tersampaikan sesuai dengan apa yang dimaksud.

Saya mengutip pernyataan dari Nurcholis Madjid, “Globalisasi bukan Westrnisasi, Globalisasi adalah Rasionalisasi”. Yang diketahui oleh masyarakat awam, bahwa globalisasi adalah masuknya budaya-budaya dari luar yang kita anggap baru dan kemudian mengakulturasikannya atau bisa juga kita meninggalkan budaya/tradisi lama sehingga terlahirlah budaya yang baru. Jika kita berkiblat pada pernyataan Cak Nur ini, bahwa globalisasi bukanlah westerniasai, tetapi rasionalisasi. Maka, akan melahirkan pengertian yang berbeda.

Ketika kita ingin memaknai sesuatu dan kemudian kita mengambil beberapa data dari luar, tanpa kita bersentuhan langsung dengan sesuatu tersebut. Maka pemahaman yang kita dapatkan pasti tidak jauh berbeda dengan pemahaman-pemahaman yang mereka anggap benar, tapi belum pasti sesuatu yang kita dan meraka anggap benar itu,  menurut orang lain nilainya benar. Karena, semua itu masih bersifat dogmatis. Contohnya, ketika kita berbicara mengenai suku pedalaman yang ada di Indonesia, yang belum terkontaminasi dengan budaya-budaya dari luar meraka, yang masih taat dengan ritual-ritual kepercayaan –entah itu masih menyembah batu ataupun yang lainnya- dari nenek moyangnya. Masyarakat yang sudah terkontaminasi oleh budaya dari luar –mungkin belum pernah mengenal budaya aslinya sama sekali, pasti menganggap meraka yang masih berpegang teguh terhadap tradisinya tersebut adalah suatu hal yang aneh ataupun salah “dalam tanda kutip”.

Inilah yang membuat saya miris terhadap budaya Indonesia yang semakin tergeser oleh budaya-budaya yang tidak jelas dari mana asal-muasalnya. Begitupun dengan Negara ini, yang sudah mulai terjauh akan jati dirinya yang sesungguhnya. Sudah lupa dari mana Dia dilahirkan, sudah amnesia akan makna Bhineka Tunggal Ika-nya. Ketika para pemuda-pemudinya lebih bangga nongkrong di Seven Eleven, ketika para pemuda-pemudinya lebih senang menyusuri budaya orang lain ketimbang budayanya sendiri.

Apakah kita sudah tidak ingat lagi? Akan kobaran semangat Mereka, untuk mempertahankan tanah Merah Putih ini. Tanah yang terajut dari berbagai macam bahasa, ras, kepercayaan, suku bangsa, dan lain sebagainya.  Indonesia tidak akan pernah padam, ketika kobaran api semangat ini terus kita jaga. Indonesia tidak pernah akan tenggelam, ketika akar-akar pepohonan masih tetap setia tertancap pada tanah yang harum dengan rimbunnya dedaunan hijaunya. Karena kita semua bagian bagi kobaran api yang tak pernah padam itu, dan kita semua juga adalah daun dari pepohonan yang hijau itu. Karena kita adalah manusia langit yang tidak akan pernah lupa akan bumi, bumi Indonesia.

Cilegon, 13 Januari 2014 (21:52)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun