Menurutnya, membuang sampah di laut adalah satu dari sedikit jalan keluar mereka untuk mengenyahkan sampah-sampah rumah tangga yang mereka miliki. Setiap sore, sampah yang mereka hasilkan sedari pagi akan dibuangnya ke laut. Dampak yang langsung terlihat adalah banyaknya tumpukan sampah di sepanjang garis pantai kampung. Beberapa yang mulai prihatin dan peduli dengan kelanjutan pantai mereka mulai mengelolanya secara mandiri. Mereka pun membakar atau menimbun sampahnya hanya sekedar agar ‘tak terlihat’. Namun esensi dari pengelolaan sampah itu pun masih jauh dari harapan.
Jalan keluar terkait sampah bukan semata hanya penyediaan sarana dan prasana persampahan yang biasanya tidak berumur panjang. Hal ini biasa terjadi pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa bantuan yang diberikan menitikberatkan pada pembangunan fisik saja. Contoh paling nyata adalah bantuan pengolahan sampah menjadi briket, pemberian mesin pembuatan kompos, dan motor pengangkut sampah. Bantuan-bantuan yang secara nominal pasti tidak murah ini tentu akan lebih efektif bilamana diberikan pendampingan dalam pelaksanaannya. Masyarakat memiliki keinginan kuat dalam mengelola sampah mereka, karena secara ekonomis, sampah malah menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan. Pemberian bantuan mengeola sampah akan tepat bila nantinya masyarakat dapat secara mandiri mengatur sampahnya.
Saat ini yang terjadi ialah pemberian bantuan, dan pelatihan super singkat yang dilakukan tidak memiliki indikator keberhasilan yang bisa dicatat. Padahal beberapa program ini bisa jadi merupakan jalan keluar yang dapat membantu masyarakat. Dalam mengelola sampah, dengan bantuan dan pelatihan, akan lebih efektif bila masyarakat didampingi dari awal hingga akhir dalam mengelola sampah. Misalnya bagaimana masyarakat dapat memanajemeni diri, tetangga, dan kampungnya untuk secara serius mengelola sampah. Pendampingan ini tidak akan bisa dilakukan dalam waktu singkat. Minimal dilakukan hingga masyarakat dapat mengulang putaran kegiatan pengelolaan sampah hingga beberapa kali, sehingga indikator keberhasilan pengelolaaan sampah, yang dalam hal ini adalah kemandirian dan keberlanjutannya dapat terjadi.
Sampah menjadi momok utama dalam keberlangsungan hidup sehat dan secara ekonomi tak bernilai jual bila tidak ditanggapi dengan serius. Jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat pulau adalah bukti nyata. Sedangkan bantuan pemerintah tanpa visi ke depan tentang kemandirian dan keberlanjutan bisa malah menjadi bumerang bila tetap diindahkan. Permasalahan sampah ini sedemikian peliknya, yang bila didiamkan bisa mengancam kehidupan masyarakat pulau secara kronis.
Kalau permasalahan sampah ini tidak ditanggapi secara serius, apa yang akan terjadi pada pulau-pulau ini kelak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H