Mohon tunggu...
Lina Pw
Lina Pw Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tukang gembur-gemburin tanah, tapi bukan cacing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pesta Sampah di Pulau Maratua

15 September 2015   21:53 Diperbarui: 15 September 2015   21:59 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurutnya, membuang sampah di laut adalah satu dari sedikit jalan keluar mereka untuk mengenyahkan sampah-sampah rumah tangga yang mereka miliki. Setiap sore, sampah yang mereka hasilkan sedari pagi akan dibuangnya ke laut. Dampak yang langsung terlihat adalah banyaknya tumpukan sampah di sepanjang garis pantai kampung. Beberapa yang mulai prihatin dan peduli dengan kelanjutan pantai mereka mulai mengelolanya secara mandiri. Mereka pun membakar atau menimbun sampahnya hanya sekedar agar ‘tak terlihat’. Namun esensi dari pengelolaan sampah itu pun masih jauh dari harapan.

Pengelolaan sampah di pulau kecil terluar adalah satu dari beberapa masalah yang seharusnya ditangani sejak dini. Permasalahan ini akan merembet ke berbagai hal lain misalnya kesehatan dan lingkungan. Data pada April 2015, sebanyak 3.512 jiwa berada di Pulau Maratua. Dengan lebih dari 800 KK dari total empat kampung yang terdapat di pulau ini, konsumsi sampah mereka dapat dikatakan cukup banyak. Pemerintah lokal dan masyarakat mestinya bisa memikirkan sesuatu demi mengelola masalah ini dengan tujuan ke depan. Mengingat permasalahan sampah adalah masalah sosial dan bukan teknis semata, maka solusi yang diberikan mesti bersandar pada solusi sosial. Pola pikir, perilaku, dan perubahan sosial masyarakat mesti terus diupayakan.

Jalan keluar terkait sampah bukan semata hanya penyediaan sarana dan prasana persampahan yang biasanya tidak berumur panjang. Hal ini biasa terjadi pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa bantuan yang diberikan menitikberatkan pada pembangunan fisik saja. Contoh paling nyata adalah bantuan pengolahan sampah menjadi briket, pemberian mesin pembuatan kompos, dan motor pengangkut sampah. Bantuan-bantuan yang secara nominal pasti tidak murah ini tentu akan lebih efektif bilamana diberikan pendampingan dalam pelaksanaannya. Masyarakat memiliki keinginan kuat dalam mengelola sampah mereka, karena secara ekonomis, sampah malah menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan. Pemberian bantuan mengeola sampah akan tepat bila nantinya masyarakat dapat secara mandiri mengatur sampahnya.

Saat ini yang terjadi ialah pemberian bantuan, dan pelatihan super singkat yang dilakukan tidak memiliki indikator keberhasilan yang bisa dicatat. Padahal beberapa program ini bisa jadi merupakan jalan keluar yang dapat membantu masyarakat. Dalam mengelola sampah, dengan bantuan dan pelatihan, akan lebih efektif bila masyarakat didampingi dari awal hingga akhir dalam mengelola sampah. Misalnya bagaimana masyarakat dapat memanajemeni diri, tetangga, dan kampungnya untuk secara serius mengelola sampah. Pendampingan ini tidak akan bisa dilakukan dalam waktu singkat. Minimal dilakukan hingga masyarakat dapat mengulang putaran kegiatan pengelolaan sampah hingga beberapa kali, sehingga indikator keberhasilan pengelolaaan sampah, yang dalam hal ini adalah kemandirian dan keberlanjutannya dapat terjadi.

Sampah menjadi momok utama dalam keberlangsungan hidup sehat dan secara ekonomi tak bernilai jual bila tidak ditanggapi dengan serius. Jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat pulau adalah bukti nyata. Sedangkan bantuan pemerintah tanpa visi ke depan tentang kemandirian dan keberlanjutan bisa malah menjadi bumerang bila tetap diindahkan. Permasalahan sampah ini sedemikian peliknya, yang bila didiamkan bisa mengancam kehidupan masyarakat pulau secara kronis.

Kalau permasalahan sampah ini tidak ditanggapi secara serius, apa yang akan terjadi pada pulau-pulau ini kelak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun