Sabtu tanggal 31 Juni 2010 pukul 14.55 wib saya mendapat sebauh telepon dari 081353068020. Dia mengaku dari Telkomsel Pusat Jakarta. Dia mengatakan bahwa nomer Simpati saya memenangkan hadiah undian yang diadakan Gebyar Simpati tiap empat tahun sekali. Dia memberikan informasi bahwa banyak yang mendapat telepon yang mengaku ngaku dari Telkomsel tetapi penipuan, maka berkali kali dia meyakinkan bahwa saya tidak boleh percaya dengan hal tersebut. Dia menannyakan saya berada di daerah mana. Ketika saya mengatakan nama daerah saya, dia lalu memberikan nomer 081355438482 dan meminta saya untuk menghubunginya. Saya tunggu sepuluh menit dengan asumsi jika saya menelpon dan diterima tanpa kata sapaan “ dengan TelkomselL (nama daerah saya)” berarti penipuan. Sebab saya pernah mengalami pernah ditelepon dengn modus yang sejenis namun akhirnya saya bisa lolos setelah saya konfirmasi ke Polri pusat. Sepuluh menit berlalu, saya kemudian menelphone nomer yang diberikan, kaget saya ketika mereka menyapa dengan sapaan ramah seperti yang saya perkirakan sebelumnya. Dia berkali kali meminta saya untuk menyebutkan nomerSimpati saya dan menanyakan sewaktu saya registrasi kartu saya menggunakan nama siapa. Setelah saya menyebutkan nomer saya dia kemudian mengecek di komputer, saya percaya dia mengecek sebab di telepon terdengar bunyi tak tik tuk keybord di sentuh. Beberapa waktu kemudian dia mengucapkan selamat karena memang benar nomer saya terpilih dalam undian tersebut. Saya percaya berita tersebut dari Simpati sebab salah seorang teman saya pernah mendapat hadiah sebuah sepeda motor Supra X yang benar benar juga dari Telkomsel. Kembali ke masalah saya, si pengaku dari Geray Telkomsel kota saya mengatakan akan mengantar hadiah sore itu juga. Saya diminta berada di radius 20 meter dari sebuah konter(terserah konter apa saja yang ada di daerah saya_begitu katanya), dia juga meminta saya agar tidak membawa rombongan karena khawatir ada yang mengaku ngaku sebagai keluarga saya dan mengambil hak saya akan hadiah tersebut. Dia menanyakan akan diatasnamakan siapa hadiah tersebut nantinya, kemudiankami diminta segera berangkat dengan berpakain rapi karena akan di rekam langsung sebagai bukti kepada masyarakat bahwa hadiah sudah diberikan kepada pemenang. Dia meminta kami membawa copy KTP yang nantinya akan diserahkan ke pihak Telkomsel sebagai syarat administrasi bukti penyerahan hadiah pemenang undian.
Sesaat setalah saya berada di depan sebuah konter, telepon antara saya dan dia terus aktif. Tak boleh dimatikan katanya. dia mengatakan pihak telkomsel baru akan memberikan hadiah jika saya bersedia membantu Telkomsel dalam melacak Program yang diusungnya(Telkomsel). Berkali kali dia berbicara tegas apakah saya mau melakukan persyaratan tersebut atau tidak. Dengan sedikit gamang saya katakan iya. Dia mengetahui keraguan saya, maka sekali lagi dia menanyakan. Karena niat hendak memberikan hadiah itu atas nama ibunda saya maka saya bersedia. Dia mengatakan hadiah diantar oleh lima orang, dua dari kepolisian, satu dari Telkomsel, dan dua dari pihak Suara pemberitaan (TV atau Radio). Pada saat kami berkomunikasi lewat telepon, ada sebuah kendaraan yang memuat sepeda dengan ciri ciri sama dengan yang diberikan oleh si penelpon. Dia mengatakan sedang mendeteksi keberadaan saya berada. Ibu saya sangat senang melihat sepeda Mio warna merah yang di arak di jalan sekitar rumah saya berada. Komunikasi dengan penelpon sengaja saya hentikan, tetapi saya mendapat sms yang bunyinya seperti ini “ silahkan hubungi kami untuk perekaman silahkan hubungi kami untuk perekaman suara”. Dia meminta saya membantu Telkomsel untuk berpura pura sebagai konsumen sebuah konter dengan menanyakan harga jual VoucherPulsa baik elektrik ataupun gesek mulai dari pulsa 50 – 100.000. Dia memandu saya untuk melakukan akting tersebut karena katanya suara saya direkam. Sayapun melakukan apa yang diminta Telkomsel. Saya berpikir ini masuk akal sebab banyak yang menjual harga Voucher di atas rata rata harga jual. Saya berpikir ini untuk membantu masyarakat atas pelayanan yang diberikan Simpati. Dengan meminta saya untuk tidak membayar semua nota yang diberikan konter, si penelpon meminta saya untuk mengisi sejumlah pulsa Rp100.000an dan Rp. 50.000 ke beberapa nomer yang diberikan antaralain 081355438482 (nomer si penelpon sendiri), 081334848336, 081242493536. Dia kemudian meminta saya keluar dari konter (sebab nanti akan didatangi lagi bersama tim untuk konternya juga diliput). Setelah itu dia meminta saya untuk berpindah konter melakukan aksi yang sama selain nomer yang diberikan tadi, dia menambahkan dua buah nomer yaitu 081393874174 dan 081337573512 dan mengisikan pulsa sebesar Rp. 100.000. si pemilik konter curiga dan pernah memperingatkan saya, tapi si penelpon kembali mengatakan bahwa aksi saya jangan sampai diketahui pihak kontersebab khawatir data dan harga yang diberikan konter nantinya tidak seriil yang biasa dijualnya. Si penelpon kemudian meminta saya untuk meninggalkan konter dengan jaminan stnk atau sepeda yang bisa ditinggal di konter, saya sedikit curiga di sini. Tetapi si penelpon sepertinya tahu kata hati saya. Dia meyakinkan bahwa saya dilarang membantah Telkomsel sebab seluruh biaya akan ditanggung Telkomsel nantinya. Demi kelancaran Telkomsel melakukan tugasnya saya diminta untuk profesional.Karena yang punya konter adalah tetangga saya yang sudah mengenal saya, jadi terpaksa saya ngutang dulu. Dia meminta saya menuju konter berbeda dari dua konter sebelumnya, seperti aksi sebelumnya dia meminta saya mengisikan pulsa yang sama ke nomer yang sama, ditambah dengan nomer 081353101109 dan 081242536. Saya tak curiga dengan nomer yang diberikan, sebab nomer Simpati saya yang lainnya juga nomer diluar area daerah yang saya tempati. Berkali kali si penelpon mengatakan dengan akting saya yang bagus, nilai point saya bertambah, selain mendapatkan hadiah sepeda Mio dia mengatakan saya juga akan mendapat uang sebesar & juta Rupiah, setiap kenaikan point dia memberikan 4 juta rupiah, sampai uang yang terkumpul sebanyak 20 juta rupiah. Saya sendiri kurang begitu peduli dengan pointdan hadih tersebut. Sempat saya curigalagi, tetapi setelah mengingat ibu saya yang saya tinggal di konter pertama tadi berharap akan hadiah tersebut, maka keraguan saya abaikan. Sebab pada waktu ibu saya masuk menjenguk saya yang berakting di dalam konter, si penelpon mengingatkan saya dengan tegas agar ibu saya tidak usah masuk. Saya kaget waktu itu, darimana dia tahu ibu saya masuk konter sedang tak ada suara antara saya dan ibu saya? Saya berpikir saya sedang dipantau, sebab gerak yang saya lakukan tepat seperti yang dikatakan si penelpon kepada saya. Berkali kali saya dilarang banyak membantah kepadanya. Berkali kali pula saya diperingatkan untuk tidak bertanya lebih banyak baik kepada si penelepon atau si penjual pulsa. Karena merasa jengah, saya semakin ragu, akhirnya hape saya matikan dengan alasan pulsa saya habis n low bat. Pada saat itu saya langsung meminta pihak konter untuk berbohong tidak memiliki persediaan pulsa sesuai yang diminta si penelpon. Begitu si penelepon menelpon saya meminta saya mengisikan sejumlah pulsa ke beberapa nomer tersebut, saya berpura pura tanya ke si penjual pulsa, seperti yang direncanakan semula, si penjual pulsa bilang “maaf mbak tidak ada”. Si penelpon mulai gusar dan memperingatkan saya untuk tidak mempersulit kerja tim Telkomsel sehingga hadiah tidakdiberikan sebelum tugas yang saya sanggupi sebelumnya diselesaikan. Saya matikan telponnya. Tak ada telepon balik dari si penelpon. Total uang yang saya keluarkan sebesar Rp. !.550.000. saya heran mengapa tak ada telepon lagi dari si penelpon?
Akhirnya saya menyadari saya telah terjebak penipuan. Biasanya sebelum saya menuruti perintah si penelpon, saya mengecek nomer telepon Geray Telkomsel yang bersangkutan, dan Polri Surabaya untuk menanyakan. Tapi entah mengapa saat itu tidak saya lakukan walau alibi saya ke arah sana. saya akui si penipu sangat cerdik dan saya yakin dia bukan orang yang bodoh. Dari intonasi suaranya dia terlihat seorang yang berpendidikan dan pernah pengalaman dalam sebuah perusahaan yang melakukan undian. Yang tak habis pikir dalam benak saya, setiap akan "bergerak" dia selalu mengingatkan saya untuk berucap bismillahirrohmanirrohim. Jadi tak ada pikiran buruk dari saya kepada mereka.
Meski saya sudah ikhlas atas apa yang menimpa saya, tapi saya tidak rela sahabat yang lain mengalami hal ini. Saya yakin semua ada hikmahnya. Semoga pelaku pelaku tersebut segera mendapat hidayah untuk tidak melakukannya lagi. Bulan Ramadhan segera tiba, semoga keberkahan selalu ada pada kita semua. Amin.... J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H