Mohon tunggu...
Lina Astuti
Lina Astuti Mohon Tunggu... Lainnya - Everyday is a gift.

Senang berproses.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Beban Seorang Penulis

12 Februari 2015   20:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:19 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resiko menulis yang paling umum adalah dikritik orang lain apabila tidak sependapat, terlebih jika tulisan itu mengaitkan dengan sebuah nama tertentu, bisa-bisa dituntut pencemaran nama baik. Saya sendiri adalah orang yang tidak mau mengambil resiko ini sehingga hampir tidak pernah atau belum menulis berkaitan dengan kritik ke orang lain. Selain takut tulisan dikritik, saya juga tidak terlalu mendalami karakter orang lain atau membaca keadaan seperti politik, karena terkadang apa yang terlihat tidak seperti kenyataannya. Pada akhirnya, tulisan saya kebanyakan terkait motivasi atau inspirasi yang membuat saya terpikir apakah tulisan saya hanya common sense atau pandangan umum sehingga membosankan.

Ada resiko yang lebih saya khawatirkan ketimbang kritik, yaitu konsistensi perbuatan dan perilaku dengan tulisan yang saya buat. Karena jika sesorang berbicara suatu hal (begitu pula menulis suatu hal), kebanyakan orang menuntut perbuatannya harus sesuai dengan yang dibicarakan atau ditulis. Jika tidak, ini bisa dikategorikan sifat munafik. Jika seseorang mengutuk perbuatan korupsi, bagaimana jadinya jika ia terlibat korupsi? Jika seseorang mengajak kepada kedermawanan, bagaimana jadinya jika ia sendiri seorang yang kikir? Jika sesorang mengajak kepada gaya hidup sederhana, bagaimana jadinya jika ia sendiri seorang yang boros? Tentu orang lain tidak akan respect kepada orang tersebut, bisa jadi semua ucapannya tidak akan dipercaya lagi.

Memang selain sudut pandang di atas, kita bisa berpikiran “Jangan melihat siapa yang bicara, tapi dengarkanlah apa yang dibicarakan”. Memang bagus berpikiran seperti itu bagi orang yang mendengar dan membaca. Tetapi bagi yang berbicara atau menulis, jika perbuatan dan perilakunya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan atau ditulisnya, ini bisa dikategorikan sebagai orang yang munafik yang sanksinya tentu ada menurut agama dan keyakinan masing-masing. Jadi, dalam menulis seperti ada 2 sisi mata pisau dalam menulis, 1 sisi yaitu kesenangan pribadi dan 1 sisi yang lain sebagai senjata bagi diri sendiri.

Tetapi selain risiko menulis di atas, kita bisa menggunakan tulisan yang telah kita tulis sebagai benteng, yaitu mengingatkan diri sendiri untuk selalu melakukan hal yang baik dan mulai meninggalkan hal yang buruk. Dengan kata lain, ada perasaan malu jika berbuat yang tidak sesuai dengan tulisan kita. Memang sebagaimana hal yang lain, ada manfaat dan resiko dari menulis. Seperti halnya pisau, bisa digunakan untuk memotong bahan masakan, bisa pula digunakan untuk membunuh. Dan yang terpenting, seperti salah satu tulisan kompasianer, kalau takut semua risiko, lebih baik tidak usah hidup, karena hidup sendiri adalah sebuah risiko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun