selamat malam Juni
kemarin lalu, aku selalu bercerita pada januari—tak pernah padamu
namun kini/
hujan tak pernah lebat di waktumu
meski rintik bukan satu-satunya puisi
tapi siapa lagi yang akan membawa rindu?/
nyatanya kamu berkilah—lucu
katamu, untuk apa diiringi—rindu bukan litani
ia memeluk tengkuk hingga ubun-ubun dengan tangan yang berlumpur—mencuri waktu/
tapi bukankan ia nabi bagi pemilik hati yang ciut nyali?
belum kamu jawab—kecil titik-titik air di kaca jendela seperti hendak bercumbu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!