Mohon tunggu...
Lina Achien
Lina Achien Mohon Tunggu... Dokter - berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Punya Suami Kembar: Kembar Tidak Selalu Serupa dan Sama

7 Maret 2013   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:12 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada dalam pikiran anda jika membayangkan anak kembar? Saya yakin, sebagian besar punya pikiran yang sama dengan saya. Terbayang si kembar yang lucu dengan baju seragam, lincah dan kompak bermain bersama. Terbayang kejadian lucu orang-orang yang sering salah tebak tentang si kembar. Terbayang bagaimana unik dan hebohnya saat mereka sudah punya pacar dan bisa-bisa si pacar bingung mana yang pacarnya sendiri. Terbayang jika salah satu sakit, kembarannya-pun ikut merasakan sakit.

Begitu uniknya anak kembar, sampai-sampai waktu kecil saya mengkhayal, alangkah senangnya jadi anak kembar. Kemana-mana selalu berdua dan selalu menjadi perhatian semua orang. Setelah menginjak remaja, saya berpikir alangkah senangnya punya anak kembar. Apalagi kalau keduanya perempuan. Bisa puas mendandaninya. Terbayang si kembar dengan wajah cantik dan sangat mirip.

Tapi yang saya dapatkan sekarang ini tidak pernah ada dalam khayalan sama sekali. Punya suami kembar yang kembarannya sama sekali tidak serupa dan tidak sama. Tidak serupa dalam hal fisik dan tidak sama dalam sifat, kebiasaan dan tingkah laku. Ternyata ada juga kembar yang tidak ada kesamaannya sama sekali.

Perbedaan pertama, kembaran suami saya seorang perempuan. Pasti pembaca berpikir, ya iyalah tentunya laki-laki dan perempuan tidak serupa. Namun kembaran laki-dengan perempuan kan seharusnya mirip wajahnya, tidak demikian halnya dengan suami.

Kedua, sejak kecil pertumbuhan badan yang perempuan lebih cepat. Baik dari segi berat badan maupun tinggi badan. Suami tidak suka makan dan minum susu, sehingga jatah makan dan susunya dengan sukarela diberikan pada kembarannya

Ketiga, perbedaan sifat. Saudara kembar suami orangnya sangat penyayang dan lembut terhadap anak-anak. Walaupun anak salah, dia menasehati dengan lembut sehingga anak-anak kadang tidak takut untuk melakukan kesalahan yang sama. Suami juga sangat sayang pada anak-anak. Tapi kalau anak salah dia sangat tegas dan disiplin, sehingga kalau berbuat salah anak-anak sangat ketakutan.

Ke empat, kebiasaan. Ipar saya sangat rajin memasak. Masakannya enak. Saking rajinnya memasak, kadang tak sempat membersihkan rumah. Sedangkan suami sangat memperhatikan masalah kebersihan, sering kami sekeluarga gotong royong bersihkan rumah dan pekarangan sehingga kadang jadi tak sempat memasak.

Kelima, perbedaan tanggal lahir. Lho, kembar tapi tanggal lahir beda? Bisa saja kalau kelahiran anak di sekitar jam 24.00, saat pergantian hari. Tapi tidak demikian dengan perbedaan tanggal lahir suami. Suami lahir tanggal 18 dan saudara kembarnya tanggal 19. Perbedaan ini ternyadi waktu SD dan "terpaksa" diikuti sampai sekarang. Waktu dulu belum ada akte. Sewaktu akan tamat SD, guru meminta biodata murid. Karena ingin tulisan "gaya", suami menulis angka 9 bentuknya jadi mirip 8. Jadilah di ijazah tanggal lahir 18.

Hanya satu persamaan mereka, yaitu nama anak yang disukai. Ceritanya begini. Sewaktu saya hamil anak pertama, kembaran suami juga hamil. Saat ngobrol tentang rencana nama anak, ternyata nama yang disiapkan sama. Mereka saling berebutan untuk memakai nama tersebut. Untungnya anak kami laki-laki dan anak kembaran suami perempuan. Kamipun bisa sama-sama memberikan nama yang diinginkan dengan sedikit modifikasi untuk anak perempuan. Akhirnya perebutan nama anak dapat terselesaikan dengan manis.

Ternyata kembar tidak selalu sama...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun