Bicara  tentang Ibu tak kan ada habisnya. Walaupun Ibu sudah 24 tahun meninggalkan kami, banyak kenangan dan suri tauladan dari Ibu yang takkan terlupa. Ibu memang wanita luar biasa.
Punya 8 orang anak bukanlah hal yang mudah. Umur kami hanya berjarak 1,5-2 tahun. Bisa dibayangkan setiap harinya Ibu selalu sibuk dengan bayi. Begitu bayi mulai bisa jalan, Ibu sudah hamil lagi. Setelah anak mulai mandiri, Ibu sudah punya bayi lagi. Begitu seterusnya. Namun Ibu menjalani tanpa keluh kesah.
Bahkan masih sempat Ibu membantu ayah mencari nafkah. Mulai dari buka warung kecil di rumah dan membuat kue untuk dijual. Ibu juga  sempat untuk mengajar mengaji anak- anak sekitar rumah setiap habis magrib. Walaupun sibuk, Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk shalat wajib/shalat sunat dan mengaji.
Ibu masih bisa memanjakan Ayah bak seorang raja. Ayah tidak pernah dibiarkan untuk melakukan hal-hal yang menjadi tugas ibu. Tak pernah kulihat ayah memasak. Tak pernah kulihat Ayah mencuci piring dan baju. Bahkan untuk ambil piring sendiri sebelum makan tidak pernah, karena selalu sudah disediakan di meja sebelum jam makan.
Alhamdulillah, Â kami bersaudara walaupun dengan hidup pas2 an bisa sekolah sampai perguruan tinggi dan dapat pekerjaan yang baik.
Diantara kami bersaudara ada satu yang sangat luar biasa, yaitu anak ke-4. Mengapa saya katakan luar biasa?
Umur 3 tahun sudah lancar membaca. Di sekolah selalu juara. Pernah jadi murid teladan di kota kami. Waktu kuliah indeks prestasi selalu bagus. Masuk kerja, diterima di bumn dengan nilai tertinggi diantara yang tes. Setelah bekerja, dipercaya untuk menduduki posisi penting di kantor pusat.
Saya  dulu pernah bertanya kepada Ibu.
"Kenapa kakak begitu luar biasa bu?".
Kata Ibu kami semuanya luar biasa. Di sekolah sering juara. "Tapi Kakak lebih hebat lagi, sampai di pekerjaan tetap menjadi yg terbaik".
Sambil tersenyum Ibu berkata,