Oleh Lina
Mind Map Based Learning dianggap menjadi salah satu cara untuk membantu menyeimbangkan antara otak kiri dan kanan. Jelas metode ini selaras dengan gagasan Howard Gardner tentang Multiple Intelligences, di mana setiap manusia memiliki potensi kecerdasan majemuk.
Bukan salah Bunda mengandung, jika otak kanan dan kiri tidak bisa bekerja secara bersamaan pada diri manusia saat ini. Dibutuhkan stimulus untuk membuahkan kecerdasan yang menyeluruh. Sekalipun begitu memang masa neonental dan prenantal AUD begitu penting diperhatikan--seperti memperhatikan kamu yang sedang menjelaskan sesuatu, Â ea.
Menjadi mahasiswa doktoral bukan berarti mereka adalah manusia yang super cerdas apalagi SuperJunior--kalau kamu superhero, ea. Namanya makhluk biasa, maka kecerdasan mahasiwa doktoral ini pasti begitu beragam. Dapat diasumsikan kecerdasaran mereka ada yang dominan kanan atau dominan kiri--asal jangan kanan kiri seperti baris berbaris, hehe.
Seperti halnya saat mahasiwa doktoral datang ke kampus, mereka yang cerdas dari sisi spritual akan lebih suka membawa buku-buku keagamaan. Mahasiswa yang suka dengan teknologi pasti akan lebih paham aplikasi ter-update saat ini. Asumsi sederhananya, apa yang dibawa oleh mahasiswa doktoral dalam tasnya cukup mencerminkan kepribadiannya--ini cuma tebak-tebak manggis.
"Make up-nya banyak banget?"
"Namanya perempuan, kalau enggak dandan aneh!"
"Kamu yakin, kamu mahasiswa doktoral?"
"Eh, kok, tanya gitu?"
"Coba lihat isi tas!" Perintah si cowok, beruntung bukan lihat isi yang lain.
Si cewek mengeluarkan isi tasnya. Isinya dompet,  lipstik, bedak, parfum, softlens, cairan softlens hingga pembalut yang masih belum diketahui bersayap apa tidak--sepertinya tidak bersayap, karena jika bersayap maka akan terbang.