Mohon tunggu...
Lintang Wisesa Atissalam
Lintang Wisesa Atissalam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lo there. My name is Lintang. Now, I'm a student of Physics, Gadjah Mada University. Writing here and joining Kompasiana makes me grab the world :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketupat Lebaran Ala Filosofi Jawa

27 Agustus 2011   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perayaan Lebaran sudah menjadi tradisi masyarakat muslim Indonesia. Ribuan umat muslim dari Sabang sampai Merauke gegap gempita merayakan momen suci ini. Budaya bersalam-salaman dan bermaaf-maafan menjadi ritual “wajib” seusai sholat ‘Idul Fitri. Ketupat Lebaran dan opor ayam pun menjadi santapan primadona Lebaran.

Dalam filosofi Jawa, ketupat Lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya Lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa, merupakan kependekan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Prosesi sungkeman, yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, masih membudaya hingga kini. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, serta memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khsusnya ridho orang tua.

Sementara, laku papat (empat tindakan) dalam perayaan Lebaran yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Sebulan lamanya umat muslim berpuasa, Lebaran menjadi ajang ditutupnya Ramadhan. Lebaran juga berakar dari kata lebar. Maknanya bahwa di hari Lebaran ini pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan bermakna meluber atau melimpah, yakni sebagai simbol anjuran bersedekah bagi kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran pun selain menjadi ritual wajib umat muslim, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia. Khususnya dalam mengangkat derajat saudara-saudara kita yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Leburan berarti habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran ini dosa dan kesalahan kita akan melebur habis. Karena setiap umat dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan sebagai penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain. Hati nan putih pertanda hati nan suci. Di hari nan fitri ini, mari kita putihkan hati, sucikan diri, dan gapai ridho Ilahi.

Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun