Dari Sabang sampai Merauke, masing-masing mempunyai tradisi unik dalam menyambut hari raya ‘Idul Fitri. Yogyakarta sebagai salah satu daerah unggulan di Indonesia pun memiliki tradisi Lebaran yang masih lestari hingga kini, tradisi ala Keraton, Grebeg Syawal.
[caption id="attachment_132218" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: nasional.vivanews.com"][/caption] Grebeg Syawal adalah upacara adat keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diselenggarakan tiap 1 Syawal penanggalan Hijriyah, atau bertepatan dengan hari raya ‘Idul Fitri. Upacara ini biasanya dilangsungkan di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta seusai dilaksanakannya sholat ‘Idul Fitri berjama'ah.
Tradisi Grebeg Syawal merupakan simbol Hajad Dalem (sedekah) serta kedermawanan Sultan kepada rakyatnya. Inti upacara ini adalah pelepasan Gunungan Lanang yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Sebelum dilepas, Gunungan Lanang terlebih dahulu diarak dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung Kauman untuk didoakan. Arak-arakan khas Keraton ini tentunya menjadi daya tarik tradisi dalam upacara Grebeg Syawal.
Usai penghulu Masjid Agung Kauman memanjatkan doa kesejahteraan, Gunungan Lanang pun dilepas kepada masyarakat. Konon, sesaji berisi beraneka hasil bumi yang disusun membentuk kerucut ini mampu membawa keberuntungan. Walhasil setelah dilepas, Gunungan Lanang menjadi bahan rebutan massa.
Sementara rakyat saling berjibaku memperebutkan isi Gunungan Lanang, pihak Keraton menggelar upacara Ngabekten Sungkeman Abdi Dalem Kakung. Tradisi ini tak ubahnya tradisi khas Lebaran suku Jawa, sungkeman. Bedanya, tradisi ini melibatkan kerabat Keraton Yogyakarta, Bupati, dan Walikota di provinsi DIY untuk melakukan sungkem kepada Sri Sultan Hamengkubuwono.
Penyelenggaraan Grebeg Syawal 1432 H dilangsungkan pada Rabu, 31 Agustus 2011. Tradisi yang telah bertahan puluhan tahun lamanya ini patut terus dilestarikan. Mari ambil bagian dalam tradisi unik ini. Entah hanya sekedar sebagai pengamat budaya, atau turut serta berjibaku berebut berkah.
Sugeng riyadi, matur nuwun (selamat hari raya, terima kasih).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H