Apa itu ODS ? Dan apa pula itu ODB ? Bagi mereka mengenal Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) mungkin sudah biasa familiar dan mengetahui bahwa ODS adalah singkatan dari orang dengan skizofrenia dan ODB adalah singkatan dari orang dengan bipolar. KPSI tidak menyebut orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) dengan istilah awam gila. Istilah gila adalah istilah yang mempunyai kesan kurang baik, penuh stigma dan berkonotasi negatif terhadap penderita gangguan kejiwaan.
Sebenarnya orang-orang dengan gangguan kejiwaan adalah orang-orang yang dapat berfungsi dengan baik di masyarakat dan pekerjaan bila mereka diobati. Apakah anda ingat cerita seorang bernama John Nash di dalam film Beautiful Mind ? Ini adalah kisah nyata dimana John Nash adalah seorang penderita skizofrenia yang memenangkan Nobel. Bahkan John Nash di dalam pergumulan skizofrenianya masih dapat mengajar sebagai professor di Princeton University sampai usia tuanya. Jangan menganggap orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) adalah orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan penuh masalah. Mereka adalah bagian dari masyarakat namun mereka mempunyai pergumulan dengan kejiwaan mereka yang mungkin kita tidak mengerti. Dan saya sebagai orang dengan bipolar (ODB) hendak menjelaskan apa natur dari gangguan kejiwaan sehingga ini lebih memberikan wawasan kepada keluarga, teman dan penderita untuk mengerti bagaimana mengobati orang dengan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan bipolar.
Saya mulai menjelaskan apa natur orang dengan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan bipolar dengan cara via negativa terlebih dahulu yaitu mengenai apa yang bukan gangguan kejiwaan.
Pertama-tama, gangguan kejiwaan bukan orang yang kerasukan setan. Kasus kerasukan setan berbeda dengan kasus gangguan kejiwaan. Walaupun sama-sama dapat tampak secara fenomena tidak waras tetapi orang dengan gangguan kejiwaan seperti ODS dan ODB akan menjadi baikan dan waras bila diberikan obat-obatan medis. Banyak kaum agamawi dan juga pengobatan alternatif yang melihat orang-orang dengan gangguan kejiwaan sebagai problema kerasukan atau diganggu setan. Karena itu mereka didoakan, dicoba diusir setannya dan dianggap ada isinya. Dan tentunya penderita gangguan kejiwaan ini tidak akan baik-baik bila ditangani seperti ini.
Kedua, jangan menganggap bahwa orang dengan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan bipolar adalah orang yang berdosa besar sehingga mereka sakit. Saya mengerti bahwa tentunya setiap manusia secara universal adalah manusia yang berdosa. Tidak ada manusia yang luput dari dosa dan salah. Tetapi kita jangan mengambil kesimpulan secara umum bahwa penderitaan mereka karena dosa. Hal ini bukan saja menurut saya tidak tepat, bersifat menghakimi namun juga memperberat beban batin penderita gangguan kejiwaan. ODS dan ODB yang mengalami gejala psikotik mungkin dapat melakukan kesalahan besar dan kekacauan yang mengganggu sekitar karena sakitnya mereka. Ketika mereka sadar hal ini sudah menjadi pukulan batin bagi mereka. Dan kita tidak boleh menghakimi mengatakan bahwa karena mereka sudah bersalah (dan tentunya tidak luput dari dosa) maka sebenarnya penyakit jiwa mereka juga karena dosa mereka. Ini penalaran pengambilan kesimpulan secara umum yang tidak tepat.
Nah, kemudian saya hendak memberikan apa natur masalah dari penyakit kejiwaan dalam diri ODS dan ODB.
Kita tidak bisa melihat manusia secara terpecah dan reduksi. Ilmu psikologi melihat natur manusia sebagai mahluk biologis, psikologis dan sosial. Dan agama melihat sisi tambahan yaitu melihat manusia sebagai mahluk spiritual. Ketika ODS dan ODB mengalami gangguan kejiwaan tentunya keseluruhan aspek ini (bio,psiko,sosial,spiritual) terpengaruh. Tetapi saya hendak mengajak kita untuk melihat aspek mana yang lebih esensial yang menjadi penyebab penyakit kejiwaan. Tentunya sekali lagi semua aspek ini saling mempengaruhi tetapi kita harus melihat mana yang lebih utama dan esensial.
Saya mengambil analogi misalnya pada seseorang yang mengalami penyakit psikosomatik (ini berbeda dengan gangguan kejiwaan) sehingga mengalami gangguan fisik seperti sakit kepala atau mual-mual, hal yang lebih esensial mengakibatkan gangguan fisiknya adalah dari gangguan pikiran / psikologis (karena itu disebut penyakit psikosomatik). Mengambil analogi mana yang lebih esensial maka saya hendak menjelaskan aspek apa yang lebih utama dan esensial dari gangguan kejiwaan pada ODS dan ODB.
Kita bersyukur bahwa dari ilmu pengetahuan dan dunia psikiatri sekarang ini kita dapat memahami apa penyebab utama dari orang yang benar-benar mengalami gangguan kejiwaan seperti ODS dan ODB. Penyebab utamanya adalah unsur fisik (biologis). ODS dan ODB mempunyai kelebihan kadar neurotransmitter dopamine di dalam otaknya yang membuat pikiran mereka menjadi kacau dan sampai psikotik. Penemuan ilmu ini sangat penting di dalam kita menangani ODS dan ODB. Tentu kita harus mengobati ODS dan ODB secara holistik dalam aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Tanpa dukungan keluarga, teman dan support group, tanpa berpikir positif dan mempunyai iman kepercayaan maka ODS dan ODB juga tidak bisa berfungsi secara penuh di dalam hidupnya. Tetapi karena natur yang esensialnya adalah aspek fisik (biologis) yang mempengaruhi keseluruhan aspek maka kita harus terlebih dahulu mengobati aspek fisiknya. Jadi ODS dan ODB pertama-tama harus makan obat.
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa seseorang dengan pikiran yang belum waras tentunya belum bisa dikonseling dan dikuatkan. Pikiran ODS dan ODB harus pulih menjadi waras dulu baru bisa dikonseling dan dikuatkan. Dan tentunya disinilah peran medis sebagai yang pertama. Yang lain-lain selanjutnya. Dan tentunya bila seseorang hanya diberikan medis belaka tanpa dukungan sosial dan iman kepercayaan maka dia lemah dan merasa hidupnya terasing dan tidak bermakna. Semua aspek harus ditangani tetapi kali ini saya hendak menekankan bahwa karena natur esensialnya adalah masalah fisik (biologis) maka aspek medis adalah esensial dan penting. Ini tidak dapat ditoleransi. ODS dan ODB harus makan obat karena mereka sakit. ODS dan ODB tanpa obat-obatan sudah jelas akan mengakibatkan mereka relaps lagi ( kambuh lagi).
Ada kecenderungan ekstrim orang-orang agamawi misalnya dalam agama Kristen adalah pendeta karismatik yang menasihati ODS dan ODB supaya mereka stop obat dan beriman kepada Tuhan saja. Mengkonsumi obat dianggap sebagai lemah atau kurang iman. Iman dianggap hal yang dapat menyembuhkan dan kurang iman mengakibatkan tidak sembuh. Orang-orang agamawi seperti ini yang tidak mengerti natur penyakit kejiwaan akan membuat kondisi mereka menjadi lebih buruk. Â
 Dari tulisan singkat ini saya hanya hendak menyimpulkan bahwa iman dan ilmu harus berjalan bersama-sama dan tidak saling meniadakan. Iman tidak bisa membuang ilmu dan ilmu tidak bisa takabur membuang iman. Saya sendiri bukan orang yang tidak beriman dan tidak percaya mujizat serta kesembuhan dari Tuhan. Saya percaya Tuhan dan saya percaya Tuhan dapat menyembuhkan penyakit kita. Tetapi bila kita sakit kemudian berdoa dan beriman namun tidak ke dokter hal ini adalah konyol. Bila kita kena kanker tetapi hanya berdoa dan beriman bukankah itu tidak bijaksana. Iman dan rasio tidak bertentangan. Tuhan dapat bekerja secara supranatural tetapi juga sering bekerja secara natural. Tuhan juga memakai dokter dan psikiater untuk menolong dan menyembuhkan.