Mohon tunggu...
Lily Tjhang
Lily Tjhang Mohon Tunggu... -

Working Mom yang hobby banget nonton drama korea, menyukai Park Sii Hoo dan Cha Seung Won...Prosecutor Princess, city hall, the queen of reversal adalah drama korea yang banyak memberi inspirasi untuk saya sebagai wanita.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pesona Kompasiana Mulai Redup Dihatiku

3 Desember 2011   12:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal aku bikin akun di kompasiana, karena aku menemukan keasyikan sendiri. Lebih banyak menjadi silent reader. Membaca karya-karya yang bagus dari orang-orang yang pandai menulis, karena aku sendiri tidak bisa menulis. Selalu bangga dengan orang yang mempunyai kelebihan dalam tulis menulis, menyusun kata perkata menjadi kalimat, sehingga menjadi satu tulisan yang dibaca banyak orang, kadang bisa menjadi hiburan, menjadi sumber pengetahuan bahkan bisa memberi inspirasi maupun motivasi.

Belum genaplah sebulan aku dengan kompasiana berteman, yang awalnya aku senang tapi belakangan kok, aku merasa kompasiana bukan satu tempat yang bisa membuat aku betah, seperti awal aku rajin membuka dan membaca tulisan apa saja yang ada di Kompasiana. Mungkin karena berawal kasus Titi, pikirku seru juga yah ada tokoh fiktif atau apalah istilahnya, terus ramai-ramai jadi detektif untuk mencari kebenaran di balik seorang "Titi". Walau sama endingnya dengan kasus yang pernah ada, pembekuan akun. Namun itu juga suatu penyelesaian.

Tapi belakangan, makin ke sini makin banyak postingan yang tidak bikin enak hati. Entah terasa sekali bahwa kompasiana ini menjadi ajak suatu perlombaan, semua orang pengen HL, walau aku semula sempat menduga apa itu HL, and akhirnya tahu...pentingkah?maybe, tapi itu tidak penting bangat buat diriku yang di sini menggangap kompasiana sebagai perpustakaan yang menyimpan banyak ilmu. Terus masalah copas, HL yang jadi copas, plagiat dll. Bahkan sampai mempermasalahkan copas dari blog sendiri.  Seperti kasus Dwitasari yang tulisannya pernah di post di blognya di tahun lalu, tapi masih bisa masih HL di kompasiana. Aku sudah tahu itu sejak awal, karena aku sudah baca blog dwitasari dari awal...semua postingannya, foto-fotonya juga pernah aku lihat. Tapi ada orang tertentu yang bermasalah dengan hal itu. Tapi itu membuktikan bagiku, bahwa tulisan dwitasari itu tidak pernah kadaluarsa, kapan pun di baca tetap terbawa zamannya, tetap aktual. Tapi itu tetap dipermasalahkan, yang dipermasalahkan harusnya kalau ambil tulisan orang lain, itu baru namanya MASALAH!

Ada lagi, banyak banget yang senang kalau "I Gotcha" Copas dari tempat lain. Yang cuma silent reader, yang hanya baca-baca saja akhirnya membuat akun hanya demi membuka kedok orang yang menyadur itu. Setelah itu menjadi perdebatan, senangkah dengan keributan itu? Seharusnya masalah begini bukan langsung ditulis dalam suatu postingan untuk umum. Sebagai orang yang cinta damai, yang tidak mencari masalah akan memakai jalan belakang dahulu, lewat email, lewat inbox, direct message dll. Jadi pihak mana pun tidak akan merasa harga dirinya jatuh hanya karena hal begini. Jika memang jalan belakang tidak lagi mendapat solusi baru kita kemukan masalah tersebut menjadi masalah umum...tapi sering aku lihat para kompasianers sepertinya senang menjatuhkan orang lain.

Hal lain lagi yang buat aku jadikan uneg-uneg, ada pendatang baru apalagi yang muda dan berbakat menulis, mendapatkan reader hit yang banyak, juga menjadi masalah. Menjadi bahan curigaan sehingga membuat orang tersebut tidak nyaman. Kasus yang paling nyata adalah kasus dwitasari...dia tulis ini ada yang tidak berkenan, hit reader melebihi rekor orang, ada orang yang tidak nyaman, dia tidak balas komen ada yang keberatan. Dia balas dengan icon, ada lagi yang keberatan, dia remove comment, ada yang menyala-nyala sehingga lahir banyak postingan yang menyudutkan dirinya. Tapi semoga Dwitasari menjadi senang, dengan demikian dia semakin populer. Tapi intinya, kenapa yah kita selalu melihat kelebihan seseorang yang di atas kita tidak dengan hati yang besar, dengan applause positif, menunjukkan sportivitas sebagai seorang yang pandai berkarya.

Setiap orang mempunyai talentanya masing-masing, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Alangkah indahnya jika kita saling mendukung, saling memberi semangat dengan kerendahan hati, tidak ada perbedaan pendatang baru, pendatang lama, senior junior, karena dengan demikian akan lahir persatuan. Bukan seperti sekarang, kompasiana itu seperti ada group-groupnya, ada gank-gank tertentu. Sehingga buat kita yang baru merasa enggan untuk mendekati mereka. Seakan usia itu akan memperlihatkan pengalaman mereka jauh diatas kita yang lebih muda, terasa kehadiran kita ngak terlalu di anggap, kecuali kita bisa membuat sensasi, kita bisa membuat hits yang melebih ribuan dalam sekejap waktu.

Aneh...pesona kompiana yang dulu pernah saya lihat entah hilang kemana? Yang terlihat sekarang hanya ajang perlombaan untuk HL, aktual dengan berbagai cara, saling menjatuhkan, iri dan dengki. Sedih aja melihat yang seperti ini. Sudah jarang bisa menemukan tulisan-tulisan yang dulu sempat membuat aku memakan waktu berjam-jam membaca di kompasiana. Sekarang, isi tulisan tidak jauh dari yah..begitu-gitu saja...suatu hari jika pesona itu sudah lenyap di hatiku, mungkin aku juga sudah berhenti mengunjungi kompasiana.

Happy third anniversary to Kompasiana...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun