Oleh Alfa RS
Beberapa hari yang lalu, oleh seorang teman, reang diajak bergabung dalam sebuah Grup Facebook yang temanya tentang Pilkada Indramayu 2015. Setelah lihat-lihat, akhirnya tertarik untuk memposting beberapa hal. Karena reang beranggapan, mungkin Pilkada Indramayu kali ini berbeda.
Tapi ternyata, setelah reang ikut memposting sesuatu, saling berkomentar dan membaca postingan serta komentar-komentar dari anggota grup, anggapan reang salah. Pilkada Indramayu kali ini, menurut reang, tidak akan jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Baik dalam pelaksanaan pemilihannya, ataupun kinerja pemerintahan yang nantinya akan berkuasa.
Ada beberapa alasan kenapa menurut reang begitu. Semoga tulisan yang singkat dan tentunya tidak berbobot ini, ada manfaatnya khususnya bagi reang dan mungkin orang yang kebetulan membacanya. Ya, setidaknya sedikit belajar tentang politik dan pemerintahan. Hehe...
Partai Politik dan Tokohnya Â
Pada 25 Januari 2015 lalu, bertempat di kantor LSI, Menteng, Jakarta, LSI (Lembaga Survei Indonesia) menggelar presentasi hasil survei opini publik dengan tema "Partai Politik di Mata Publik: Survei Evaluasi Kinerja dan Regenerasi Politik" waktu survei dilakukan pada 10-18 Januari 2015. Beberapa temuan dan kesimpulan dari hasil survei tersebut diantaranya:
Saat ini, fungsi partai sebagai saluran aspirasi publik dinilai negatif. Partai politik dinilai lebih banyak memperjuangkan kepentingan sendiri untuk mendapat jabatan atau kekuasaan ketimbang memperjuangkan kepentingan rakyat. Publik juga kurang yakin dalam melihat apakah partai politik yang ada saat ini sudah cukup banyak menghasilkan kader-kader muda yang berkualitas atau tidak. Padahal mayoritas publik menganggap bahwa kader-kader muda akan lebih sesuai dengan tuntutan dan perkembangan bangsa kita. Begitu juga tokoh muda sebagai pemimpin partai, sebagian besar publik menilai pemimpin muda akan lebih baik ketimbang yang tua. Lebih lengkapnya bisa baca di sini.
Di Indramayu sendiri, tentu tidak jauh berbeda dengan hasil survei tersebut (dalam kapasitas kita mempercayai hasil survei). Karena kenyataannya, banyak sekali tokoh yang saat PILEG kemarin begitu menggebu, setelah jadi anggota dewan langsung loyo. Entah karena terbawa sistem yang terlanjur seperti itu, ataukah memang karena karakter asli si tokoh. Dan berhubung saat ini pertarungan Pilkada Indramayu tahun ini bisa dikatakan "perang" antara beringin dan banteng, reang akan menyajikan data dari anggota dewan mereka saja.
Di tubuh Golkar, ada nama Daniel Mutaqien. Bagi sebagian besar warga Indramayu, tentu nama ini tidak asing. Sosok muda inilah yang disinyalir banyak pihak akan meneruskan dinasti keluarganya, Irianto MS Syafiuddin atau Yance. Politikus muda yang sedang ngantor di senayan ini, kemarin berulah. Entah banyak orang Indramayu yang tahu atau tidak, anak Yance ini kemarin tercatat sebagai anggota dewan yang ngotot mengusulkan revisi UU KPK. Lihat beritanya di sini.
Di tubuh PDI Perjuangan, ada nama Ono Surono. Mungkin karena saat kampanye banyak program yang menarik simpati warga, politikus yang satu ini juga dalam pileg kemarin lolos menuju senayan. Namun mungkin juga banyak yang tidak tahu bahwa kemarin, anggota dewan ini beserta sejumlah anggota DPR lainnya, mengusulkan RUU Pengampunan Nasional (Tax Amnesty) atau dalam bahasa mudahnya mengusulkan mengampuni koruptor. Baca beritanya di sini.
Dengan kenyataan demikian, maka wajar saja jika saat ini tingkat kepercayaan warga kepada partai politik atau tokohnya semakin menurun. Maka menjadi jalan tengah dari dinamika ini adalah munculnya tokoh dari jalur independen atau jalur perseorangan.