Barusan saya pulang dari salah satu kantor instansi pemerintah di kota saya yang berjarak hampir satu jam dari tempat tinggal saya. Saya pergi ke sana naik angkutan umum. Mulai dari dalam angkot sampai ke kantor itu, saya harus menghirup asap rokok. Di dalam angkot, seorang bapak yang masih muda bersama anaknya yang sakit dan nenek si anak yang sakit turun di salah satu rumah sakit. Ya ampun, si bapak merokok di dekat anaknya. Usia si bapak ini masih muda. Anaknya nampak pucat, mimisan dan batuk-batuk. Ada juga yang mengharukan bagi saya. Satu tangan si bapak memegang rokok di mulutnya, satu lagi memegang tangan anaknya yang duduk di sampingnya. Sementara salah satu tangan anak memegang sepotong roti yang dibeli di warung. Anak berusia sekitar 3 tahun itu telah menggigit sedikit salah satu ujung roti. Lalu dia memberikan roti itu kepada neneknya, nampaknya dia tak begitu berselera makan roti itu. Mereka turun di rumah sakit; saya kira membawa anak yang malang itu berobat. Tiba di kantor pemerintah yang saya maksud, saya juga harus menghisap asap rokok. Orang yang datang yang sedang juga memerlukan mengurus sesuatu di kantor itu ada yang merokok sambil berdiri di deretan bagian pelayanan. Bau asap itu betapa sangat mengganggu. Saya mencari-cari di dalam ruangan itu apakah ada tulisan atau tanda dilarang merokok atau terimakasih anda tidak merokok. TIDAK ADA. Yang ada asalah tulisan: Jagalah Kebersihan dengan huruf berwarna merah menempel di dinding berwarna putih. Jagalah Kebersihan? Orang masih banyak yang belum mengerti saya kira bahwa asap rokok itu mengotori kekebrsihan udara dan menyebabkan orang lain sakit. Masih sedangkal inilah daya serap sebagian warga di negeri ini untuk mengerti apa itu kebersihan. Yang mereka bisa tangkap adalah yang kasat mata seperti sampah plastik yang dibuang sembarangan; itupun belum tentu mau menjaga kebersihan. Pulang lagi dengan angkutan umum, sopirnya merokok. Di sepanjang jalan saya memperhatikan orang-orang, di mana-mana para lelaki merokok. Seorang anak SMP yang sedang berjalan keluar dari sebuah gang merokok. Pelajar yang berbadan kurus dan bermata hampa ini nampak sok-jago menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Di kedai-kedai (warung kopi) para lelaki merokok. Tiba di kota, saya melihat hal yang sama. Masih di dalam kota, seorang perempuan muda menyapu warung sambil memegang rokok yang sedang menyala. Siang-siang, panas karena sudah lama kemarau, merokok pula. Aduh, benar-benar tragedi! Betul perlu waktu untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya merokok. Pemerintah jangan malah loyo. Apa susahnya menempelkan permintaan: "Terima kasih Anda tidak Merokok!" Kantor-kantor pemerintah kalah jauh dengan kantor-kantor swasta yang sudah lebih peduli dengan menempelkan permintaan tidak merokok di dalam ruangan mereka. Langkah selanjutnya bisa ditingkatkan: "Terima kasih Anda tidak merokok di taman ini!" atau "Terima kasih Anda tidak merokok di dalam kehidupan sehari-hari Anda!" *** Tulisan Terkait: Tindakan Kontroversial Kompas Cetak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H