Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sampah Organik Orang Kota

13 Desember 2009   14:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_37475" align="alignleft" width="280" caption="Pencacah sampah. (Sumber: www.kencanaonline.com)"][/caption] Saya sedih melihat tempat-tempat sampah di seputar tempat tinggal kami sekarang ini: semua berbaur menjadi satu. Benar-benar tak sedap melihatnya. Sampah organik gabung dengan sampah plastik. Saya dulu tinggal di Samosir bersama orang tua bapak saya. Nenek-kakek saya biasa mengumpulkan dedaunan dan kotoran kerbau untuk kami pergunakan sebagai pupuk ke ladang. Tak ada benda-benda organik yang terbuang percuma. Mungkin karena saya sudah biasa menyaksikan dan melaksanakan itu sejak kecil, sampai sekarang sedapat mungkin saya melakukan itu. Di kota karena lahan sangat terbatas, sebagian sampah organik harus terbuang. Belakangan sudah ada alat pencacah sampah organik yang dijual di pasaran. Saya belum pernah lihat alat itu di Pematang Siantar. Pengelolaan sampah organik sebuah kota sebenarnya adalah sebuah peluang usaha yang manfaatnya sangat banyak tetapi perlu kerja sama semua pihak mulai dari pemerintah, anggota masyarakat sampai semua unsur yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Kalau semua orang berpartisipasi, akan jauh lebih baik. Setiap orang, setiap keluarga atau rumah tangga membiasakan diri memisahkan sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa untuk menyuburkan tanaman sendiri kalau ada lahan dan kalau berminat bertanam atau diserahkan kepada pengelola yang sudah ada. Kalau belum ada, bagus sekali kalau sebuah kota atau sebuah komunitas mengupayakan agar ada pihak yang mengelola sampah organik menjadi pupuk. Petani sangat membutuhkan pupuk yang harganya semakin mahal di pasaran. Kalau semua pihak mau bekerja sama, jumlah sampah organik yang berasal dari rumah tangga di sebuah kota sangatlah banyak dan dapat menjadi pupuk tanaman bagi para petani. Orang kampung biasanya mengolah sendiri sampah organiknya, lahan mereka yang relatif masih luas dibanding orang kota sudah cukup untuk membusukkan secara alami sampah-sampah organiknya. Lain dengan kota yang penduduknya membuang begitu saja sampah-sampah organiknya bercampur dengan sampah-sampah non organik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun