Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perang Melawan Mie Instan!

7 November 2009   03:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:25 2605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dari Sabang sampai Merauke/Dari Miangas sampai Pulau Rote/Pilihan partai boleh berbeda

Presiden tetap SBY/SBY…SBY…presidenku/SBY dari dan bagi Indonesia/SBY…SBY…SBY… presidenku.

[caption id="attachment_22700" align="alignleft" width="300" caption="Indomie Rasa Soto Medan. Sengaja saya beli sebungkus untuk mengamati isi dan sampulnya, harga Rp. 1.500. Isinya lalu saya buang ke tempat sampah. "][/caption]

Mie Istan dan Esbeye

Saat kampanye pemilihan presiden sedang gencar-gencarnya tahun ini, saya kebetulan melintas di depan sebuah televisi yang sedang menayangkan sebuah iklan yang sudah tak asing di telinga. Iklan indomie. Iklan SBY hanya beda kata-kata dengan iklan indomie. Kalimat pertamanya sama: dari Sabang sampai Merauke.

Pemilik produk indomie dan mie instan lainnya gencar melakukan promosi di berbagai media mulai cetak sampai elektronik. Itu sebab iklan indomie seperti indomie seleraku yang diawali dengan dari Sabang sampai Merauke, akrab di telinga pemirsa televisi, pendengar radio dan pembaca media cetak di mana iklan-iklan mie instan bertengger.

Pintar (agak licik juga) pemilik produk dengan menampilkan keluarga atau pasangan yang menarik dalam iklan untuk menggaet pelanggan. Kalau Anda biasa menonton televisi di negeri ini, setiap hari kan ada iklan-iklan mie instan silih berganti di layar kaca Anda itu.

Pagi tadi saya belanja ke pajak-pagi (orang Sumut mengatakan pajak untuk pasar) atau pasar-pagi di mana orang berjualan sayur, buah, ikan, daging dan barang-barang keperluan lainnya. Saat membeli sayur, saya mendengarkan percakapan seorang ibu yang juga sedang membeli sayur dan si ibu penjual sayur.

Kedua ibu itu saling berbagi cerita bagaimana anak-anak mereka yang masih sekolah tidak suka makan sayur tapi mie instan.

"Ya bu, anak-anak saya selalu menyisihkan sayur yang saya campur dengan mie; mereka hanya suka makan mie-nya," kata si pembeli.

"Sama bu, anak-anak saya juga gitu. Kadang saya ganti sawi dengan toge tapi togenya juga mereka nggak mau makan."

Saya nyimbrung, "Kenapa mereka nggak mau makan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun