[caption id="attachment_174660" align="alignleft" width="163" caption="Bersepeda antara lain bagus untuk kesehatan persendian terutama di bagian lututs. (Doc. pribadi)"][/caption] Waw! Saya ke Medan beberapa hari dan pulang kembali ke Siantar malah merasa lelah dan tak bersemangat. Aha! Ternyata karena selama di Medan, saya bergerak sedikit saja, jalan dikit-dikit saja kalau keluar karena lebih banyak berada di dalam mobil atau di atas becak. Tiga hari saja di Medan dan tidak berolahraga membuat saya jadi lemah. Setiba di Siantar, malah perlu istirahat dan itu berarti tidak begitu bergerak. Sore tadi saya bersepeda hampir dua jam. Ya! Sekarang justru merasa jauh lebih segar. Saya kira karena peredaran darah dalam tubuh saya menjadi lebih bagus setelah bersepeda. Saya menjadi berkeringat dan badan menjadi ringan kembali. Perasaan saya juga menjadi lebih indah. Hihi...! Kalau mau mempunyai perasaan yang indah, bersepedalah. Bagaimana hubungan keduanya, saya pun belum bisa menjelaskannya dengan gamblang tetapi kok ya saya yakin adalah itu. Tubuh manusia itu begitu indah dan artistik kan. Melihat desain tubuh manusia, saya bisa simpulkan bahwa manusia memang musti banyak bergerak. Tubuh kita itu elastis, tidak kaku kecuali kita menjadikannya kaku. Saya senang dengan orang-orang yang lincah dan mudah menggerakkan tubuhnya; mudah mengerjakan pekerjaan apa saja yang memerlukan gerakan. Melihat orang yang lincah dan pas dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik menyenangkan. Berbahagialah mereka yang senang menari, yang mendalami dan menghidupi tari sebagai bagian dari pekerjaan atau hobby. Tarian begitu indah. Saya selalu senang melihat orang-orang menari apalagi jenis tarian tradisional yang berlangsung di antara komunitas. Orang-orang Batak seperti hampir semua suku di atas Bumi ini senang menari. Waktu kecil, saya kadang-kadang menyaksikan orang-orang Batak yang bisa menari sampai trance. Waw! Belakangan ini sudah jarang yang begitu. Nenek-moyang kita banyak bergerak ketika bekerja atau berkesenian. Kemajuan dalam bidang transportasi menyebabkan manusia terutama di daerah perkotaan menjadi lebih malas bergerak. Maka tak heran, berbagai macam penyakit akibat kurang gerak semakin menjadi-jadi dalam beberapa dekade belakangan ini. Manusia modern, sebagian ya, begitu tergiur memiliki mobil termasuk mobil-mobil yang harganya ratusan bahkan ribuan juta. Prestise! Haha! Sebagian manusia rela-mati demi sebuah prestise dalam hidup yang hanya sekedip mata ini. Saya senang warga Belanda yang secara umum mempunyai kesadaran tinggi bersepeda dalam kehidupan sehari-hari. Pernah ada orang Jakarta yang bilang pada saya, "Gimana naik sepeda di Indonesia, panas gitu!" Dalam hati saya, "Apanya yang panas?" Di Belanda, bahkan saat musim dingin pun, sebagian warganya tetap bersepeda; itu jauh lebih berat daripada kalau bersepeda di Jakarta. Saya kadang heran saja dengan mentalitas sebagian besar kelas menengah-atas warga di republik ini. Hihi...! Manja-manja gimane gitu loh! Pernah ke Jogja? Saya kira sampai sekarang kita masih bisa menemukan ibu-ibu yang bahkan sudah tua dengan mahir naik sepeda mengenakan kebaya dan sarung sambil membawa bawaan yang berat di goncengan sepeda mereka; para ibu-ibu itu mengayuh sepeda di jalan yang sama dengan bis-bis kota. Kadang para supir itu, sebagian, tak begitu berperasaan. Beberapa kali saya menyaksikan para pesepeda seperti ibu-ibu itu harus terjepit bahkan terancam keselamatannya karena terpepet bis ke pinggir jalan. Justru, dalam perkiraan saya, ibu-ibu tua yang saban hari bersepeda membawa beban berat itu lebih sehat daripada rata-rata pejabat-pejabat di negeri ini yang waktu kerjanya lebih banyak berada di belakang meja yang kalau ke mana-mana itu biasanya naik mobil mewah, kalau jauh naik pesawat. Terus, kalau ada acara-acara resmi, berjalan di atas karpet. Maaaak! Ini hanya soal prestise yang sebenarnya tak menyehatkan tapi menyakitkan, artinya membuat orang mudah kena penyakit karena kurang gerak. Badan, dari jari kaki sampai wajah jadi tembem. Warga Belanda jarang yang gemuk, rata-rata ramping-lah. Beda betul dengan warga Amerika yang hampir separoh mengalami obesitas. Warga Amerika tak suka naik sepeda, mungkin yang naik sepeda sehari-hari tak lebih dari 5%. Biaya kesehatan untuk warga yang kena obesitas lebih dari 50% itu sudah berapa? Besar! Orang yang kena obesitas itu pun tak begitu sedap kita pandang kan; pantat kebesaran, dada juga, pipi juga, semua bagian jadi membesarlah. Yang paling menjadi masalah tentu soal kesehatan; gemuk itu rawan terhadap penyakit. Badan kita berdesain ritmis. Konon, menyadari betapa ritmis tubuh kita akan membuat kita lebih senang dan lebih mudah dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan termasuk pekerjaan yang memerlukan gerakan. Desain tubuh kita sama sekali beda dengan batu kan, iiih! Kalau batu kan, secara fisik nyaris sama saja, tidak begitu elastis seperti tubuh manusia atau ayam. Ayam kan banyak bergerak juga kecuali ayam dodong. Orang Siantar menyebut ayam-negeri yang biasa tinggal dalam kandang itu ayam dodong atau ayam oto. Dodong atau oto itu artinya bloon dan goblok. Nah, jangan-jangan, kalau manusia jarang bergerak dan tinggal di kandang saja (mobil, rumah, belakang meja --- tak begitu bergerak), bisa-bisa mirip menjadi seperti ayam-dodong? Kali! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H