Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

(4) Gigi: Orang Tua Zaman Lalu dan Orang Tua Zaman Now

18 Januari 2023   12:00 Diperbarui: 18 Januari 2023   12:05 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Anak Kampung

Aku anak kampung. Orang tuaku petani. Opungku petani. Aku nggak tahu bagaimana kehidupan anak-anak petani pada umumnya tetapi di rumah kami, orang tua kami tidak memberikan uang jajan kepada anak-anak mereka. Jadi, kami pada masa kecil tidak punya kebiasaan makan makanan jajanan berupa permen, kerupuk, dan entah apa lagi itu. 

Kalau aku disuruh memilih menjadi anak petani di mana aku tidak memperoleh uang jajan setiap hari atau menjadi anak milyarder di mana aku bisa membeli apa saja termasuk berbagai macam jenis jajanan, maka aku memilih yang pertama. Kecuali, aku anak milyarder dan sebagai anak milyarder, orang tuaku tidak memberikan uang padaku untuk membeli apa saja yang kumau termasuk berbagai macam permen. 

Aku mau jadi anak milyalder asalkan orang tuaku tidak memberikan uang kepadaku sesuka hatiku, tidak memberikan apa saja yang kuminta termasuk berbagai jenis permen.

Jadi, kalau begitu ceritanya, apa bedanya menjadi anak petani seperti aku aslinya di mana orang tua tidak memberikan uang jajan dengan menjadi anak milyarder yang juga tidak memberikanku apa saja yang kuminta termasuk berbagai jenis permen dan kerupuk dan jajanan lainnya? Sama saja kan. Makanya, aku tetap pilih menjadi aku apa adanya, anak petani. 

Aku bersyukur aku tidak jajan permen dan makanan tidak bermutu lainnya pada masa kecilku. Bersyukur karena gigiku tidak rusak. Aku senang sebab walaupun sampai kelas VI SD aku nggak terbiasa sikat giri, jarang kalilah aku sikat gigi, gigiku bagus, tidak ada yang berlubang dan tidak ada yang sakit. 

Perhatikan gigi sebagian anak-anak zaman sekarang yang sering jajan permen dan segala macam jajanan anak-anak yang tersedia di banyak tempat. Sedih dan marah aku lihatnya. Anak-anak ini tak berdaya. Orang tua mereka juga nampaknya tak berdaya menghadapi situasi yang ada.

Sebagai orang tua, bagaimana perasaan Anda melihat anak remaja putri dan putra Anda bergigi jelek? Walaupun paras/wajah cantik, kalau gigi mereka jelek, apa mereka percaya diri untuk tertawa, apalagi tertawa terbahak-bahak? 

Bisa kecanduan anak-anak makan permen, jajanan yang manis-manis dan kebiasaan ini bisa terbawa-bawa sampai dewasa. Kalau sudah kecanduan, tidak gampang menghentikannya. 

Oh ya? Kasihan pada anak-anak ya makanya memberikan uang jajan untuk beli permen?

Kadang aku heran tapi diam saja kalau aku lihat orang-orang dewasa membagi-bagikan permen kepada anak-anak dan merasa tindakannya itu tindakan yang benar. Dalam hatiku, "Aduh, loak kalilah kau!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun