Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Apa Pendapat Kalian tentang Petani Indonesia?

7 Januari 2023   23:14 Diperbarui: 15 Januari 2023   09:07 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Petani Disepelekan?

Bagian ini masih terekam dalam memoriku. Saat itu, aku dan Inangku (ibuku) berkunjung ke rumah opung di Lumban Na Hot, sebuah kampung di daerah Parbaba, Samosir.

Opung ini punya anak perempuan yang ketika itu masih SMA. Opung ini istri dari adek laki-laki opungku, jadi aku panggil "opung" juga. 

Ibuku bilang sama anak perempuan Opung, "Kalau bisa, janganlah pegang tanah", ibuku ngomongnya dalam Bahasa Batak Toba, "Molo boi nian, unang manjama tano".

Maksud ibuku adalah jangan sampai dalam hidup anak perempuan opung itu dia menjadi petani. Kan petani harus pegang-pegang tanah, berurusan dengan tanah. 

Ibuku bercerita, dia menikah dalam usia muda, tak lama setelah lulus SR, Sekolah Rakyat. Zaman itu, ibuku bilang, dia harus merelakan bahwa saudara-saudara laki-lakinya masuk sekolah, melanjutkan sekolah setelah tamat SR ke Pematang Siantar, sementara dia membantu orangtua untuk mencukupi biaya sekolah saudara-saudaranya itu. Dari 7 saudara laki-laki ibuku, 4 orang menjadi guru. Sebagian sepupunya juga menjadi guru. 

Menurutku, abang dari bapaknya ibuku lebih modern sebab ada paling tidak dua orang anak perempuan dari opung itu yang menjadi guru, di samping beberapa anak laki-lakinya.

Di antara anak-anak perempuan opungku, 4 orang perempuan, tak satupun yang menjadi guru, semua menjadi petani. Padahal, rumah dari abang-adek bermarga Damanik ini dekat, tetanggaan. 

dok.pri
dok.pri

Jadi, ibuku, mungkin karena sejak kecil sudah harus bekerja di ladang, menjadi getir dan berpikiran sempit tentang bertani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun