"Bunga di atas batu,
  terbakar sepi."Â
(Itu salah satu puisi karya Sitor Situmorang --- enam kata saja! Bunga apalah itu di atas batu???)
Ialah ge kan, apalagi kalau musim kemarau dan panas terik...monsong (gosong)...
Yang memotret kedua foto ini Pak Lian Sahar. Wah, si Kemal senang kali berfoto, macam seribu tahun kawan ini belum berfoto. Itu lukisan Pak Lian Sahar di Bumijo Lor 22, Jogjakarta, yang ada di belakang kami itu
Ini perjumpaan pertama saya dengan Sitor Situmorang, jadi senang kali memang sampai melupakan langit dan bumi..
Di Bumijo Lor, wah, kami menemani Sitor selama beberapa hari karena Pak Lian Sahar harus ke Medan, ibunya berpulang ke surga. Ooooh, sekali waktu Sitor gebrak meja sampai kopi yang sudah disiapkan Kemal tumpah dan membasahi taplak meja tetapi pembicaraan terus berlangsung tanpa terganggu oleh kopi tumpah dan taplak basah.
Seru kali, aku masih bisa lihat semuanya, bagaimana kopi itu tumpah --- Sitor memang bisa begitu dramatis kalau berkisah...
Di hari pertama itu, di perjumpaan pertama itu, Sitor membacakan puisi untuk kami bertiga: untuk Pak Lian Sahar, Kemal dan untukku. Yang untuk mereka dua aku dah lupa, yang untukku, Sitor membacakan: Borobudur.Â