Saya mendengarkan beberapa wawancara yang menampilkan Komjen Dharma Pongrekun, yang paling anyar itu ada di channel youtube milik Helmi Yahya dan Refly Harun. Ini termasuk channel youtube anak negeri yang berkualitas tinggi.Â
Menarik! Kita di Indonesia ini nampaknya nggak kekurangan otak-otak jenius dan mumpuni untuk membenahi kehidupan kita bersama. Misal, Komjen Pongrekun, si anak negeri yang satu ini punya gagasan yang jelas bagaimana Indonesia bisa melunasi hutang-hutang luar negerinya dan menjadi mandiri dalam menciptakan dan mengelola jaringan internet. Kita tidak perlu bergantung pada negara lain untuk keperluan memiliki dan menjalankan internet. Sepanjang kita membiarkan diri kita tergantung pada negara lain, kemungkinan besar, kita berada dalam kendali mereka kan?
Bayangkan! Ada nih, kita punya seorang jenderal yang masih aktif di kepolisian, yang pernah aktif di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan yang disebut-sebut sebagai ahli siber yang bisa mengimbangi Bjorka! Alangkah mulianya bangsa ini kalau orang-orang seperti Komjen Pongrekun ini dikumpulkan dan diberi amanah untuk memperbaiki sistem di negara ini.Â
Apalagi yang kita tunggu, iya kan? Ada seorang jenderal yang ahli dalam bidang IT dan tahu seluk-beluk dunia siber yang bisa memberi gambaran solusi bayar hutang negara dalam tempo cepat. Saya sebagai warga negara tentu sangat ingin tahu dan mau mendukung warga negara yang punya otak brillian seperti Komjen Pongrekun. Kalau kita sadar, setiap kepala di Indonesia ini berhutang ke luar negeri terutama International Monetary Fund (IMF) lebih dari Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta per orang).
Membuat saya menjadi teringat sekarang apa kata ponakan saya yang masih berusia 12 tahun ketika aku sekilas menyebutkan bahwa setiap manusia Indonesia punya hutang lebih dari seratus lima puluh juta.Â
Ponakan saya histeris dan teriak-teriak kepada ibunya, "Maaak, aku nggak ada berhutang! Kapan aku berhutang Maaak eeee? Kapan? Pernah aku berhutang dan mimjam uang Maaak?" Saya tidak menyangka ponakanku yang masih mulai remaja itu, dengan wajahnya yang melongo marah merespon histeris, berulang-ulang berteriak tidak pernah dia berhutang kepada siapa pun di muka bumi ini.Â
Begitu histerisnya si anak cantik yang suka nyanyi, mimpin paduan suara Sekolah Minggu di gereja, bermain drama di belakang rumah kami di teras kuburan Opung, sehingga saya malah menjadi geli dengan histerismenya yang lugu, menyedihkan dan membuatku tertawa dan menangis dalam waktu yang sama.Â
Alangkah sedih nasib si pesolek ini, belum paham kalau negaranya berhutang begitu besar dan dia terjerat di dalamnya. Si pesolek yang masih berusia belia tetapi konon kata kakaknya, bisa pergi ke pekan Tiga Runggu beli berbagai macam perlengkapan make up dan dia bisa membuat dirinya cantik laksana artis Korea.
Ponakanku itu bingung. Saya perkirakan, di sekolah dia tidak pernah menerima penjelasan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara mempunyai hutang yang jumlahnya cukup besar sehingga kalau dirata-ratakan, maka setiap kepala, setiap orang Indonesia mempunyai beban tanggungan hutang luar negeri sejumlah lebih dari seratus lima puluh juta rupiah itu. Â Ibunya (emaknya) hanya bisa senyum-senyum, kurasa, nggak juga sepenuhnya mengerti bahwa setiap warga Indonesia itu berhutang.Â
Bagaimana mungkin kita membiarkan diri kita berhutang terus sementara ada anak bangsa seperti Komjen Pongrekun yang bisa memberikan solusi bagaimana membayar hutang sehingga kita bisa lepas dari jeratan hutang? Alangkah tidak enaknya menjadi orang yang berhutang uang kepada pihak lain, apalagi pihak luar! Alangkah tidak enaknya saudara-saudara sebangsa dan setanah air! Tidak enak sama sekali! Kita dukung pemerintah kita sehingga bisa menyelesaikan persoalan ini!Â