Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencegah Muntah-muntah di Surga

4 Oktober 2010   12:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_278579" align="alignleft" width="300" caption="pastlifejourneys.wordpress.com"][/caption] Sebagian besar pemeluk agama, khususnya agama-agama semitik obsessif dengan tempat bernama Surga. Agama-agama ini lahir di tempat yang kondisi alamnya tidak begitu subur. Bangsa Israel membunuh seluruh penduduk Kanaan kecuali Rahab dan keluarganya. Pembunuhan itu sungguh tak masuk akal kalau kita tinjau dari cara berpikir manusia zaman ini. Pembunuhan ini, menurut Kitab Suci, merupakan perintah langsung dari Tuhan. Membuat orang yang masih punya nalar bertanya-tanya: "Tuhan macam apakah yang memerintahkan pembunuhan manusia termasuk yang masih janin dan kanak-kanak?" Kehidupan di mana agama-agama semitik ini lahir relatif sulit. Saya kira ini salah satu sebab mengapa mereka begitu obsesif dengan tempat bernama surga itu. Entah di mana itu. Bagi umat beragama di ketiga agama ini, mereka cenderung menerima begitu saja bahwa surga itu memang ada, nanti di sana, tempat itu sudah ada khusus dan hanya bagi orang-orang yang taat pada perintah Tuhan. Membuat orang yang belum kehilangan kesadaran bisa bertanya: apakah orang-orang yang menghabisi penduduk Kanaan juga akan masuk surga? Bukankah mereka melakukan itu demi ketaatan kepada Tuhan? Jangan hanya tunjuk hidung Israel sejak mereka membunuh penduduk Kanaan; modus sejenis terjadi juga di agama-agama lainnya. Pembunuhan paling berdarah-darah dalam sejarah terjadi karena alasan-alasan yang menyangkut agama. Tak heran bahwa sebagian kecil manusia muak dengan agama-agama yang ada terutama yang mengklaim kebenaran mutlak ada dalam agamanya saja. Ini harus mereka lakukan sebab mengakui ada kebenaran dalam agama orang lain berarti meruntuhkan kemutlakan yang ada dalam agamanya; meruntuhkan gengsi yang mereka sebut sebagai kebenaran. Kebenaran atau gengsi atau arogansi? Bagi ketiga pemeluk agama-agama semitik, gambaran tentang surga itu hampir sama: itu tempat yang indah di mana tidak ada kesusahan, semua makanan yang enak tersedia, tempat tinggal yang indah penuh warna-warni bunga. Hidup senang selama-lamanya. Plus, para bidadari akan mengelilingi para laki-laki kecuali Yahudi dan Kristen. Laki-laki Yahudi dan Kristen silahkan cemburu terhadap laki-laki Muslim yang dikelilingi oleh para bidadari tetapi mungkin di surga yang dibayang-bayangkan itu, tidak ada lagi rasa cemburu dalam diri manusia sama sekali. Yang ada hanya rasa senang. Dalam Kekristenan, konsep tentang surga ini sangat kuat memaku benak pengikutnya. Bagi mereka yang menemukan bahwa ini konsep yang tidak masuk akal, memilih bergabung dengan komunitas seperti Unitarian Universalis. Terlalu sering menekankan bahwa nanti setelah mati ada surga bisa melelakan orang dengan kondisi sosial yang tidak adil di antara umat manusia yang kalau kita jujur, ketidakadilan ini semakin parah di hampir seluruh dunia. Salah satu contoh: 20% manusia di bawah matahari mengonsumsi 90% makanan yang ada. Tak heran lebih dari 1 milyar dari 6 milyar penduduk bumi setiap hari kelaparan karena tidak punya dan tidak bisa membeli makanan. Jumlah gelandangan semakin banyak terutama di perkotaan. Satu milyar lebih manusia yang kelaparan dan tak punya tempat berlindung setiap hari harus bermimpi tentang surga di sana? Di mana itu? Saat mereka kelaparan dan kedinginan mereka harus berpikir tentang surga di sana? Saya akan bosan berada di tempat bernama surga itu di mana segala sesuatu tersedia. Pernah Anda dengar bahwa ada orang yang bersusah hati dengan surga? Di surga katanya akan tersedia makanan seperti madu dan susu. Kebetulan, orang ini tak suka minum susu, kalau dia minum, dia muntah-muntah dan sakit perut. Nah, bayangkan saja apa jadinya kalau orang ini berada di surga dan diharuskan minum susu yang bagi sebagian orang itu enak dan bergizi. Kecuali, rasa muntah-muntahnya tiba-tiba hilang begitu dia masuk pintu surga, maka surga akan menjadi siksaan baginya setiap kali berada di dekat susu dan mencium aromanya.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun