[caption id="attachment_174711" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: Kompas)"][/caption] Eh, sudah lama saya tak mengikuti perkembangan kasus Ariel-Luna Maya-Cut Tari. Saya kira benar saja bahwa mereka bertiga ini korban dari orang-orang yang bisa bikin apa saja dengan teknologi komputer yang semakin canggih.
Weh, klik Kompas-cetak, nampak beberapa berita tentang ketiga artis ini. Klik yang satu ini ariel.tersangka malah bikin saya kaget, salah satu dari ketiganya kok sudah jadi tersangka malah?
Jadi ingat pembicaraan saya dengan seorang ibu yang mempunyai seorang anak remaja berusia hampir 20 tahun. Saya tak sangka bahwa ibu ini begitu prihatin dengan peredaran video-porno yang konon mirip ketiga artis di atas. Ibu yang saya maksud ini tinggal di Eropah, menikah dengan seorang bule dan tentu anaknya setengah bule-lah. Ibu ini bilang, "saya tidak mau kalau anak saya sampai melihat video macam itu!" Saya tak tanya apakah si ibu ini sudah melihat video itu atau belum. Bagi saya nggak begitu penting apakah orang sudah melihat video itu atau belum. Yang paling penting adalah bagaiman cara berpikir orang menghadapi sebuah peristiwa atau kasus apa saja termasuk kasus video porno yang kunun pelakunya mirip ketiga artis itu atau artis-artis lainnya. Saya belum lihat video porno ketiga artis itu. Ini bukan masalah saya tidak tertarik atau tidak. Bagi saya justru yang lebih memprihatinkan adalah kehebohan penduduk negeri ini atas video yang konon porno itu. Seporno apa? Tiap hari hampir setiap orang juga porno paling tidak saat mandi di kali atau di kamar mandi. Setiap detik saya perkirakan manusia di bawah kolong langit ada saja yang melakukan hubungan seksual dengan berbagai gaya mulai indah-gaya sampai balik-jungkir. Apa istimewanya video yang konon porno itu kalau kita mau sadar bahwa setiap hari manusia (dewasa-menikah) paling tidak memang melakukan hubungan seksual? Semua mahluk hidup seperti manusia, hewan, burung bahkan kalau tidak salah, cacing juga melakukan hubungan seksual entah untuk berkembang biak atau berbiak-kembang. Kalau betul ketiga artis itu mendokumentasikan hubungan seksual mereka lalu menyebarkan atau ada pihak lain di luar mereka bertiga yang menyebarkannya untuk publik, wah, itu apa maksudnya? Apa karena mereka tenar bagi sebagian orang lalu masih mau lebih tenar lagi? Uups, kalau saya yang tak nonton televisi dan tak mengosumsi produk apapun yang berkaitan dengan ketiga artis ini, entah lagu, entah program televisi entah apa saja, ketiganya ya sama sekali nggak pentinglah. Kalau betul ketiganya pelaku asli, bah, macam mana pula -- apa kata dunia? Kalau tak salah, si Cur Tari itu sudah menikah dan punya anak toch? Alamaak, persoalan moralnya justru lebih berat daripada persoalan video-pornonya. Mengapa pula si Ariel menyerahkan diri jam 03:00 dini hari kepada polisi? Bah, heroik amat sampai sedini hari itu! Kalau Ariel menyerahkan diri dan sudah jadi tersangka, bagaimana dengan si Luna Maya dan si Cut Tari? Hhhmm, nanti juga orang-orang akan lupa soal video porno di mana pelakunya konon mirip ketiga artis itu, media massa toh akan memblow-up kasus lain lagi. Sebagian penduduk negeri akan menjadi korban blow-up-an lagi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H