Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ah, Mie Instan Halal?

9 November 2009   01:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:24 2301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_23284" align="alignleft" width="300" caption="MUI mempunyai 105 halaman daftar makanan dan produk yang berlabel halal, salah satunya indomie seperti dalam gambar. Label halal d isebelah kiri berbentuk lingkaran yang bagian tengahnya ada kata HALAL dan lingkaran bertuliskan MAJELIS ULAMA INDONESIA."][/caption] Saya membaca sebuah tanya jawab di situs MUI. Pertanyaan dari si penanya: …”apakah penggunaan bahan pengawet dibenarkan dalam Islam?” Si penjawab, H. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, Ph.D yang juga merupakan Direktur LPPOM dan President World Halal Council memberikan penjelasan sebagai berikut: Salah satu prinsip keharaman suatu makanan atau minuman adalah adanya mudhorot atau dampak buruk pada makanan tersebut. …Sedangkan pengawet makanan yang diperbolehkan, seperti benzoat, natrium bisulfat dan sebagainya, atas dalam batas ambang yang diperbolehkan, hukumnya mubah atau boleh. Seorang Ibu Berusia 70-an: "Vetsin yang dikandung oleh mi instant, “merendahkan ambang rasa” sehingga membuat kita merasa nikmat dan lezat saat memakannya. Belum lagi bahan pengawet. Kedua zat ini kumulatif bertumpuk dalam tubuh dan pada saatnya akan “menyerang ” tubuh tanpa bisa dihilangkan dengan mudah. Saudari saya juga, seorang ibu muda, telah menjadi korbannya, dengan terlebih dahulu koma selama berbulan-bulan sebelum akhirnya meninggal dunia". Seorang Ibu Muda Berusia Awal 30-an: "Saya tahu sejak lama, MSG berbahaya. Setahun lalu saya ikut semacam seminar bahaya MSG di GKPI Menteng, Jakarta, meskipun saya sudah lama tahu soal bahaya ini. Saya lupa sudah siapa dokternya. Dia seorang perempuan. Tidak hanya kena ke usus, tapi juga ke jiwa. Banyak anak di Amerika Serikat dan Kanada, katanya, yang kejiwaannya makin labil. Anak mudah menangis, mudah stress, suka berteriak, resah, yang semuanya itu, bukan karena bawaan tapi karena makanan. Hampir 90% makanan anak yang beredar, rupanya, ada MSG-nya. Saya lalu bertanya kepada dokter itu, bagaimana caranya, karena akibat arus globalisasi ini, anak saya tidak menjadi korban MSG? Dokter itu menjawab, ya, dihindari saja. Bayangkan saja! 90% makanan anak-anak kita itu ada racun MSG-nya. Mesis seres salah satunya, Blue Band juga. Seorang bidan di desa saya divonis dokter, terkena gejala awal tumor payudara akibat mengkonsumsi MSG terlalu banyak". Seorang Ayah Berusia Awal 50-an: "Sudah cukup lama sesungguhnya banyak orang tahu bahaya langsung konsumsi berbagai macam mie instan terhadap lambung dan usus. Saya pernah tahu seorang suster Katolik di Atambua, di Timor Tengan Utara (?) meninggal dunia, lambung dan usus bocor, akibat radang dari tumpukan residu zat-zat bumbu mie instan yang memang amat sering disantap si suster... Saya tahu dan saksikan itu, ketika masih acap saya pergi ke NTT. Sejak itu saya mengurangi memakan mie-mie instan..Di keluarga saya, masih susah untuk menyadarkan anggota keluarga. Hal yang sama dengan zat-zat penyedap seperti Ajinomoto atau MSP (mono Sodium Posphat) lainnya. Tapi saya tak pernah berhenti, terus "bawel" menghingatkan kami tentang bahaya laten racun-racun itu. Kadang orang bangga mengkonsumsi mie instant sebab dia kira itu lambang modernisme. Padahal gizinya minus, dampak negatifnya plus...bagi tubuh. Ada kawan yang menasehatkan, bahwa bumbu-bumbu itu sangat berisiko ketika dimasak". Saya mengenal ketiga pencerita di atas, yang saudarinya meninggal karena terlalu banyak makan mie instan, yang bidan di desanya kena kanker karena MSG dan yang menceritakan meninggalnya seorang suster karena lambung dan usus bocor.

Kalau kita cari informasi di internet apa bahaya mie instan dan makanan instan lainnya, kita akan temukan banyak. Salah satu yang saya temukan dari adalah ini: http://makalah-artikel-online.blogspot.com/2009/07/bahaya-mengkonsumsi-mie-instant.html

* Ada lagi, orang yang pernah kena kanker getah bening (8 kelenjar getah bening kena), dan berobat selama hampir 1 tahun di Singapore menghabiskan lebih dari 1 Milyar pada tahun 1996 sampai 1997 (untung ditanggung kantor), akibat dia mengkonsumsi indomie plus korned selama 4 tahun terus menerus setiap hari(dengan alasan karena istrinya sibuk kerja). Menurut dokter yg mengobati nya, penyebab utamanya adalah pengawet yg ada di mie dan korned. Jadi Bagaimana? MUI yang memberikan label halal dalam makanan-makanan instan termasuk indomie tidak ada menganjurkan bahwa mie instan itu sejenis makanan berbahaya yang mengandung zat-zat yang dapat merusak lambung dan usus serta membayahakan kesehatan yang mengonsumsinya. Bagi saya jawaban H. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, Ph.D di awal tulisan ini aneh sebab presiden world halal council ini mengatakan benzoat, natrium bisulfat dan sebagainya boleh dalam Islam. Bapak ini kok tidak konsisten ya? Zaman Nabi Muhammad kan belum ada MSG toch? Kalau Kaum Muslim sangat setia pada ajaran-ajaran Nabi yang belakangan ini begitu gencar disuarakan di Indonesia lewat pemberlakuan Syariat Islam, mestinya soal makanan juga harus bersikap sama kan? Bukti-bukti di lapangan sudah banyak. Ada banyak korban karena makanan-makanan instan yang merusak kesehatan. Adalah penipuan mengatakan apa yang sebenarnya haram sebagai halal kan?*** (Tulisan terkait:Bahaya Makan Mie Instan! dan Perang Melawan Mie Instan!)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun