Mohon tunggu...
Liman Halim
Liman Halim Mohon Tunggu... -

I want and need to learn more from others

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nazar, Sang 'Deep Throat' atau 'Whistle-Blower'?

14 Desember 2012   11:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:40 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

'Deep Throat’ istilah yang mendadak populer di seantero AS ketika 2 wartawan muda di AS membongkar kecurangan Pemilu dan penyadapan yang dilakukan oleh team sukses Nixon di awal 1970an. Jurnalis jurnalis tersebut mendapatkan pasokan informasi dan data dari seorang nara sumber yang memakai nama sandi Deep Throat. Puluhan tahun kemudian, sang nara sumber diketahui adalah mantan penyidik FBI yang berada dalam tekanan jabatan sehingga memilih jalur tidak resmi dengan membocorkan bukti penyidikan kepada pilar demokrasi tersisa, yakni pers / media. Nixon akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebelum di-impeach dan digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford.

Sedangkan istilah ‘whistle-blower’ telah lebih dulu dikenal dibanding istilah 'Deep Throat’ terutama untuk membongkar kejahatan di mana para pembisik adalah oknum yang terkait dalam kejahatan itu sendiri sehingga memiliki informasi internal yang belum dimiliki pihak luar. Lazimnya para pembisik / peniup atau ‘whistle-blower’ berniat membantu para penyidik demi untuk mendapatkan keringanan hukuman ataupun untuk membalaskan rasa ketidakpuasan dan dendam dengan motif / niat tertentu, terlepas dari kompensasi maupun intimidasi yang mungkin diperoleh para pembisik.

Nazarudin dengan mudah dapat digolongkan ke versi pembisik bagian mana tetapi publik akan selalu mengenang bahwa Nazar adalah tokoh yang membongkar suatu kejahatan terorganisir meski bukan merupakan pribadi yang bersih. Selain Nazar, publik juga akan mengenang Agus Condro dalam skandal cek pelawat di Pemilihan Deputi Gubernur BI dan Wa Ode dalam skandal Banggar DPR yang juga merupakan 'whistle-blower'.

Fenomena yang terjadi di Partai Demokrat, parpol pemenang Pemilu 2009 sepertinya merupakan badai atau kisah tragis yang mungkin akan menjadi pelajaran paling pahit buat para politikus dan pemimpin PD yang masih lebih mementingkan berkelit dan mempertahankan diri habis habisani dibandingkan dengan upaya melakukan pembersihan maupun koreksi total terhadap apa yang telah terjadi. Terakhir setelah salah seorang Menteri dan kader PD dijadikan tersangka serta kader lainnya Ruhut yang dalam berbagai kesempatan terakhir selalu meminta Ketua Umum PD untuk mundur, yang terjadi malah Ruhut sendiri yang dicopot dari jajaran pimpinan DPP PD sekaligus membuktikan bahwa tindakan penyelamatan oknum dan jabatan lebih diutamakan daripada membongkar sebuah kebusukan.

Setahun lalu, sebelum Nazarudin ditangkap di Colombia, sudah ada postingan untuk SBY sebagai Ketua Pembina PD dan pembesar lainnya agar  segera membersihkan kader kader partai yang diduga terlibat korupsi seperti dapat dibaca lagi dalam artikel ini. Apakah SBY dan Dewan Pembina PD akan melakukan pembersihan atau teguh memegang 'azas praduga tak bersalah' dengan upaya meminimalisir dampak dan dugaan keterlibatan oknum partai Demokrat lainnya, cepat atau lambat akan menentukan masa depan Partai Demokrat itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun