Mohon tunggu...
Muhammad Halim Ramadhan
Muhammad Halim Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah UPI

Interested in digital technology in the 21st century

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Sejarah

26 Desember 2024   13:57 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macam-macam media sosial (Sumber: Populix)

Perkembangan teknologi yang semakin maju membawa banyak perubahan bagi kehidupan manusia. Arah perkembangan ini memberikan dampak positif dan negatif didalamnya, serta memberikan dampak yang signifikan seperti masifnya penggunaan smartphone dan media sosial. Adanya perkembangan teknologi ini tentunya juga berpengaruh terhadap komponen pembelajaran terutama pembelajaran sejarah yang membentuk karakter peserta didik. Oleh karena itu diperlukan proses analisis yang baik terhadap perkembangan teknologi yang digunakan untuk media pembelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat memahami konteks pembelajaran sejarah untuk membentuk karakter di era digital ini.

Di masa sekarang, literasi bukan lagi berbicara mengenai masalah baca tulis. Literasi baru yang muncul seperti, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Melalui data digital (big data) manusia dapat menemukan dan belajar banyak hal dan untuk mengaksesnya diperlukan keterampilan dalam penggunaan teknologi yang memadai. Literasi baru telah merambah berbagai bidang keilmuan, termasuk sejarah, yang seringkali dianggap jauh relasinya dengan teknologi digital. Nyatanya media digital dan media sosial kini marak digunakan dalam mengkomunikasikan masalalu (sejarah) kepada publik. Media digital menawarkan satu bentuk Pendidikan sejarah yang populer dan tidak kaku. Media digital dimanfaatkan untuk menyajikan sejarah kepada Masyarakat, menciptakan jaringan informasi digital dan data kesejarahan agar dapat disebarluaskan ke masyarakat awam. Inilah yang dimaksud sebagai sejarah publik yang telah berkembang melalui penggunaan media digital. Sementara media sosial dirasa menjadi platform terbaik (paling tepat guna) untuk mempublikasikan konten digital sejarah.

Media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, Youtube, dan lainnya memiliki pengguna yang banyak dan paling sering diakses daripada aplikasi digital lainnya. Hal ini memungkinkan bagi sejarah publik untuk menciptakan jaringan komunikasi terbuka yang bebas biaya. Media sosial yang dapat diakses melalui perangkat bergerak (mobile devices), misalnya smartphone memungkinkan akses yang fleksibel dan instan. Maka tak heran apabila semakin banyak konten sejarah yang diposting oleh berbagai akun baik pribadi maupun komunitas yang dapat dimanfaatkan siapa saja sebagai sumber informasi sejarah. Namun, yang jadi permasalahannya tidak semua informasi sejarah disajikan oleh sumber yang kredibel. Akibatnya, fakta sejarah yang diperoleh bisa tidak valid, dengan sumber yang tidak jelas, hanya berupa pengulangan atau duplikasi dari sumber lain, dan sebagainya. Kondisi ini tentu berbahaya bagi pendidikan sejarah di masyarakat. Orang awam yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah atau kemampuan kritis dalam menganalisis informasi sejarah rentan terjebak pada informasi yang bias, bahkan hoaks. Selain itu, sejarah telah lama dimanfaatkan sebagai alat kepentingan politik. Oleh karena itu, menghadirkan sejarah yang objektif dan bernilai edukasi bagi masyarakat menjadi suatu hal yang sangat diperlukan saat ini.

Dalam pemanfaatan sosial media, saya pribadi sering menggunakan TikTok sebagai media pembelajaran sejarah. Melihat para pengguna media sosial saat ini cenderung lebih suka menerima informasi dengan cepat dan instan. Konten yang saya buat berupa video monolog dimana disajikan sebuah cuplikan-cuplikan (seperti video dokumenter sejarah) mengenai materi terkait, lalu ditambah dengan pengisi suara yang akan menjelaskan materi. Seringkali pada video ini saya menambahkan subtitle dan animasi agar semakin menarik dan mudah dipahami. Untuk sumber sendiri pastinya menggunakan sumber standar dan relevan dengan materi sejarah yang disampaikan. Sumber-sumbernya sendiri biasanya ditaruh pada caption video agar penonton juga dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang lebih jelas. Namun, terdapat permasalahan sekaligus tantangan yang seringkali mengganjal terutama bagi konten-konten edukasi di tiktok yakni, algoritma tiktok. Ini merupakan sistem yang merekomendasikan konten kepada pengguna berdasarkan ketertarikannya juga terkadang berdasarkan kepopuleran sebuah konten. Hal ini membuat konten-konten edukasi, khususnya sejarah seringkali terlupakan dan tertutup oleh konten-konten viral yang kebanyakan tidak bernilai edukasi. Meski demikian, pembelajaran melalui media sosial TikTok ini masih memiliki peluang untuk mendukung proses pembelajaran sejarah. Hal ini bisa diwujudkan dengan memanfaatkan kreativitas peserta didik yang kemudian dituangkan kedalam sebuah konten edukasi sejarah di tiktok. Efektivitas pembelajaran sejarah mampu diraih dengan cara ini, karena peserta didik akan terlibat aktif dalam pembuatan konten edukasi sejarah melalui pencarian sumber, diskusi mengenai konsep konten, juga ketika konten itu dibuat. Diharapkan dengan adanya keterlibatan aktif peserta didik ini mampu mempertajam dan memperdalam pemahaman terkait materi sejarah yang sedang dikaji.

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran sejarah. Literasi baru seperti literasi teknologi, data, dan manusia memberikan peluang besar untuk memanfaatkan media digital sebagai sarana menyampaikan sejarah secara menarik dan interaktif. Media sosial menjadi platform yang efektif untuk sejarah publik, memungkinkan penyebaran informasi sejarah secara luas. Namun, perlu perhatian pada kredibilitas sumber untuk mencegah penyebaran informasi yang bias atau tidak valid.

Pemanfaatan media sosial seperti TikTok dalam pembelajaran sejarah menunjukkan potensi besar untuk melibatkan peserta didik secara aktif melalui kreativitas dalam pembuatan konten. Meskipun tantangan seperti algoritma platform dapat menghambat visibilitas konten edukasi, pendekatan inovatif dan partisipasi aktif peserta didik dapat mendukung proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Oleh karena itu, mari manfaatkan teknologi, khususnya media sosial sebagai media pembelajaran sejarah secara optimal dengan memadukan kreativitas dan literasi digital untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik dan kekinian. Dengan cara ini, kita tidak hanya memperkuat pemahaman sejarah tetapi juga membentuk karakter generasi yang kritis dan melek teknologi di era digital ini.

Referensi:

Muhtarom, H. (2022). Merdeka Belajar-Kampus Merdeka: Peluang Media Digital Dalam Pembelajaran Sejarah Publik di Era Globalisasi. HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2 (2), 75–85.

Kurniawan, H., Damaringtyas, C. P., Leryan, L. P. A., Melati, M. N. M., Nugraha, A. C., & Christiyanto, N. A. (2023). Edukasi Sejarah Publik Melalui Media Sosial pada Era 4.0 bagi Siswa SMA di Yogyakarta. E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 14(1), 24-31.

Rizqina, N. (2023). PERAN GURU DAN SISWA DALAM MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH.

Maulani, M. R. (2023). Pemanfaatan Teknologi Digital Dalam Media Pembelajaran Sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun