Mohon tunggu...
Lily Swadayanti
Lily Swadayanti Mohon Tunggu... -

tinggal di jakarta, suka amembaca, senang mempunyai banyak teman, karena paling takut merasa kesepian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Si Ketty Meninggalkan Anaknya..

7 Januari 2010   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah dua hari ini aku sering mendengar tangisan bayi yang kehausan minta susu,  rasanya miris.  Pasti ibunya tidak memberikan susu lagi. Kemana ya gerangan koq tega meninggalkan anak yang baru dilahirkan...  Apa tidak kasihan , apa tidak takut dosa ? Dosa....?? huuhh... mana dia pikirkan :?

Pembantu ku memberikan laporan, " Iya bu, si Ketty sudah tidak mau peduli lagi dengan anaknya... Dia hanya melihat dari jauh saja, seolah tak kenal anaknya...."

Sontak aku kaget, koq bisa ? Ketty, Ketty .... kenapa kamu berubah begitu cepat ? Dasar binatang..!!

Opppss.... bukannya aku mau berkata kasar, memang Ketty binatang koq ! Iyaah dia kucingku....   hehhehe..  Tepatnya kucing yang ikut menumpang di garasi rumahku. Ketika itu ibu Ketty sedang hamil eh bunting datang ke rumah, tak tega mengusir binatang yang sedang bunting. Terbayang rasanya bila sedang bila kita sedang hamil diusir-usir, kasihan.  Yah akhirnya beranaklah ibunya si Ketty, 3 ekor. Tapi Ketty termasuk generasi kedua yang terlahir..., terbayangkan berapa banyak kucing yang ada di rumahku. Belumlagi bila musim kawin tiba  waaahhh.... rasanya kok aku yang repot, bukan repot menjaga si kucing, tapi repot mengusir kucing yang berada di atas genteng atau plafon.

Maooowww.... gak maowwww..... ..maowwww.....  !! kayaknya sih bagiku terdengarnya begitu, hahaha .. ibarat gadis yang dipaksa kawin, begitu katanya. Dan biasanya ritual perkawinan mereka ikut meriah dengan adanya pejantan pesaing, siapa kuat dia menang. Tapi ya itu, genteng dan plafon ku terkena imbas rusak karena perkelahian mereka.

Si Ketty sudah tidak mau mengurus lagi anaknya. Ini kelahiran anak yang ketiga bagi Ketty.  Kelahiran pertama, mungkin baru belajar jadi ibu, Ketty belum bisa mengurus, ada pejantan lain yang memangsa anaknya. Kasihan. Mungkin sudah hukum alam ya...  Prilaku kanibal ? Bapak makan anaknya ? Hiks.. masak sih ?  Tega banget. Ah namanya juga prilaku binatang, tanpa norma dan aturan, apalagi merasa berdosa.

Kelahiran kedua sukses. Tak lama setelah anak-anaknya yang pertama dimangsa. Wah benar-benar subur dan sehat si Ketty. Apalagi "pacar"nya banyak.  Tak heran ke 3 anaknya warnya bulunya tidak sama satu sama lain. Lha wong bapake uakeeehh... Tapi yang bertahan sampai dewasa hanya satu. Yang lain mati karena sakit.

Ketty benar-benar terlalu deh.  Masak sih gara-gara hanya sekali aku beri makan dia ngambek gak mau memberi susu anaknya ? Biasa Ketty suka "nenangga" ke sebelah rumah yang punya kantin, lumayan kan dapat makanan gratis, bergizi pula. Kadang2 yang masih utuh paha atau dada ayam alias nyolong.. Ketty memang jagonya. Tapi dia makan sendiri, tak berbagi dengan ku ... hahhaa...

Tapi tetangga itu sudah habis masa kontraknya, pindah entah kemana. Tamat sudahlah sumber makanan yang sehat dan bergizi buat Ketty. Makan tikus ?? Iih... amit-amit deh, tikus di Jakarta terkadang lebih besar dari pada kucingnya, huek mana doyan. Tikusnya juga kadang-kadang dilempar di jalan biar dilindas oleh mobil. Kenapa ya ada kebiasaan begitu ? Aneh.

Aku sudah terbiasa hanya memberi makan sekali, kupikir aku sudah baik hati memberikan tumpangan gratis kepada keluarga Ketty, lengkap dengan makan, kardus buat tidurnya dan wc  yg luaaass dihalamanku (hhmm.... sungguh terlalu !). Deuh nikmat apalagi yang kau dustakan, Ketty ??

Sudah 2 hari ini Ketty menelantarkan bayinya, 2 lagi. Menjerit-jerit dan mengeong-ngeong, sedih juga mendengarnya. Tapi kesedihanku tak cukup buat nyaliku memegang anaknya Ketty. Hiiyy geli.... Deeuh jadi gimana dong...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun