Profil
Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar (Dra. Hjh. Lily Multatuliana, M.A) dilahirkan di Bogor tahun 1958. Pendidikan terakhir Magister Sastra dari Universitas Gunadharma Jakarta (2008). Pernah mengikuti Intensive Course di University of Wolonggong Australia (1997-1998).
Bekerja sebagai dosen/pensyarah di Universitas Swasta Jakarta, STI&K Jakarta (1990-2005) pernah menjadi dosen luar biasa/tidak tetap di Politeknik UI (Universitas Indonesia) Jakarta dan di UNJ (Universitas Negeri Jakarta).
Sejak tahun 2005 tinggal di Jakarta dan Melaka Malaysia mengikuti suami yang bertugas di Melaka.
Karya Lily dalam bentuk Esai dan Puisi. Puisi sudah diterbitkan di beberapa antologi bersama penyair dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei. Puisi dalam Bahasa Inggris diterbitkan dalam antologi bersama penyair Bangladesh dan Malaysia, serta antologi bersama penyair dari berbagai negara di dunia (dari 33 negara).
Lily pernah Membaca Puisi (sebagai deklamator) di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Bangladesh.
Esai ditulis dalam bahasa Inggris untuk International Literary Conference di Dhaka, Bangladesh. Esai dalam bahasa Indonesia pernah dipresentasikan di Universiti Putra Malaysia dan IPG Penang di Malaysia dan di PDS H.B. Jassin TIM Jakarta. Esai dimuat dalam Kumpulan Esai dan Kritik Sastra bersama Sastrawan dari Sumatra Barat Indonesia.
Bergabung 26 Mei 2015
Statistik
Label Populer
FOLLOWERS 43
thrio haryanto
https://www.kompasiana.com/thriologi
Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).
sobran holid
https://www.kompasiana.com/sobran
Pemilik Bengkel Motor, mempunyai toko Online di Bukalapak https://www.bukalapak.com/holids, bagi agan yang perlu sprepart motor bisa langsung kebngkel kami dijalan raya cileunyi no32 atau kunjungi toko OL kami
Aldra Ghiffari
https://www.kompasiana.com/lafazh
Berkata bijak bukan berarti bijaksana, berkata benar bukan menjadi standard kebenaran. Bijak dan Benar pada Porsi dan Proporsinya."Waktu, Sikon, Cara dan orangnya menjadi tolak ukur sebuah kebenaran". by https://twitter.com/Lafazh