Hari itu, dalam perjalanan ke desa Candimulyo, Magelang, saya melihat dari jalur hijau yang dikelilingi sawah terasering. Setibanya, aroma segar udara desa dan keramahan penduduk menyambut. Jalannya berkelok khas pedesaan yang sejuk dan di kanan kiri terdapat pepohonan. Saya duduk santai di salah satu warung durian sambil menikmati pemandangan Gunung Merapi yang megah. Perjalanan ini mengajak Anda untuk mendalami kehidupan desa yang kaya akan budaya dan keindahan alam.
Candimulyo itu desa masa kecil saya, dimana saya lahir dan besar di sini. Tapi ternyata saya baru tahu kalau Candimulyo memang memiliki candi yang tertanam di dalam tanah, itulah kenapa desa ini dinamakan Candimulyo. Ketika saya mendatangi warga setempat, bercengkrama sembari mengulik informasi saya terkejut dengan mitos yang ada. Dari informasi tersebut ada 2 mitos seperti yang dikatakan oleh nenek saya, Candi yang ada di Desa Candimulyo ini jika dikeruk maka Desa Candimulyo akan hilang karena besarnya melebihi Candi Borobudur. What a surprise, ketika dilihat di lokasi memang hanya sepucuk batuan saja yang kelihatan. Candi ini memiliki serpihan yang ternyata ditemukan situsnya di Desa lain. Serpihan candi tersebut terlihat seperti lumbang dan yoni yang berada di tengah perkebunan warga. Sayang sekali saya tidak bisa mengakses ke sana karena lokasinya berada di perumahan warga. Mitos yang kedua adalah jika berfoto di Candi tersebut maka tidak bisa pulang ke rumah. Mitos yang kedua terdengar seperti dongeng khas nenek moyang yang sering diceritakan kepada anak kecil.
Saya menikmati sore hari sambil melihat pucuk candi yang terlihat seperti kerikil kecil. Tempat ini berada di dekat lapangan Candimulyo yang bisa dibuat bersantai. Saya bertanya-tanya kepada nenek saya karena antusias mengulik informasi mengenai candi ini. Kata beliau candi ini sudah dilakukan pendataan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan akhirnya diresmikan sebagai cagar budaya. Awalnya situs ini beserta serpihannya yang ditemukan di Desa Tampir Kulon dan Desa Tegalsari akan dibuka sebagai Daya Tarik Wisata akan tetapi kekurangan anggaran dana desa untuk membangun destinasi. Saya duduk sejenak di depan candi, merenungkan semua informasi yang baru saya dapatkan. Suara alam yang tenang menambah kedamaian saat itu. Menyadari bahwa candi ini adalah saksi bisu perjalanan sejarah, saya merasa beruntung bisa berada di tempat yang begitu kaya akan nilai budaya.
Menurut saya, Candimulyo memiliki daya tarik tersendiri, terkenal sebagai Desa Wisata Durian karena hasil perkebunan durian yang melimpah di sini juga ditemukan situs batuan candi yang tersebar di berbagai desa yang ada di Kecamatan Candimulyo. Candi di desa Candimulyo, Magelang, dikenal sebagai Candi Candimulyo. Candi ini merupakan situs bersejarah yang berasal dari masa Mataram Kuno. Meskipun tidak sepopuler candi lain di sekitarnya, Candi Candimulyo memiliki daya tarik tersendiri, dengan ornamen yang menunjukkan pengaruh budaya Hindu-Buddha. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Lokasi candi yang dikelilingi oleh alam hijau memberikan suasana tenang, ideal untuk merenung dan belajar tentang sejarah lokal.
Banyak hal yang bisa kita pelajari ketika berkunjung di desa ini. Sore hari yang sejuk dengan pemandangan sunset yang indah dan Gunung Merapi dan Merbabu terlihat seperti lukisan yang indah. Akhirnya saya mulai bergegas pulang sebelum malam hari tiba. Saya merasa bahagia sekali hari ini bisa mengeksplor daya tarik di desa kelahiran saya, tempat saya bermain di masa kecil. Benar-benar rasanya seperti dejavu. Saya sangat berharap bahwa situs ini dapat dikenal oleh semua orang dan menjadi daya tarik wisata yang khas dari Desa Candimulyo. Wisatawan yang datang dapat mempelajari situs candi yang ditemukan sembari membeli durian yang khas dari Candimulyo. Semoga situs ini dapat terus terjaga dan dilestarikan oleh pemerintah maupun warga setempat agar nantinya situs bersejarah ini dapat menjadi sumber edukasi yang dikenal oleh masyarakat luas.
Sebelum pulang, saya mengambil beberapa foto untuk mengabadikan momen berharga ini. Candi Candimulyo bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga lambang dari warisan yang harus dijaga. Perjalanan ini membuka wawasan saya tentang pentingnya melestarikan sejarah dan budaya yang ada. Perjalanan ini bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang hubungan manusia dan lingkungan, serta bagaimana budaya lokal bisa tetap lestari meskipun zaman terus berubah. Dengan hati yang penuh rasa syukur, saya mengakhiri perjalanan ini dengan harapan untuk kembali lagi, menjelajahi lebih banyak keindahan yang ditawarkan oleh desa Candimulyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H