Masyarakat Desa Sumberejo yang sebagian besar memeluk agama Hindu dan Islam serta beberapa yang memeluk agama Kristen, sampai saat ini masih mempertahankan salah satu unsur kebudayaan mereka secara turun temurun yaitu yang tampak pada pelaksanaan tradisi wiwitran. Tradisi wiwtan merupakan salah satu komponen religi masyarakat Petungsewu yang berkaitan erat dengan kepercayaan roh nenek moyang dan adanya mahluk mrekayangan yang bernama Dewi Sri, (Dewi penjaga Padi).Â
Menurut pandangan E.B. Tylor mengenai evolusi religi pada tingkat tertua, manusia percaya akan adanya makhluk halus yang menempati alam sekeliling manusia. Makhluk halus itu dianggap mampu berbuat hal-hal yang tidak dapat diperbuat manusia sehingga menjadi obyek penghormatan dan penyembahan yang disertai dengan berbagai upacara berupa doa, sajian atau korban. Keyakinan religi semacam ini oleh E.B. Tylor disebut animisme (Koentjaraningrat, 1981:49). Nilai yang terdapat dalam tradisi ini adalah penyatuan antara sistem religi yang dianut masyarakat Desa Sumberejo dengan tradisi yang telah ada sejak zaman nenek moyang.Â
Pengaruh kebudayaan hindu di masyarakat Desa Sumberejo menambah simbolisme masyarakatnya itu sendiri,masyarakat Hindulah yang mengenalkan adanya penghormatan dan pemujaan kepada dewa dan dewi, tetapi dengan toleransi yang begitu tinggi dan karena telah adanya alkuturasi percampuran perkawinan dimasyarakat Desa Sumberejo maka masyarakat yang beragama lain pun menyakini adanya dewi penjaga lahan pertanian.Salah satu makna yang terdapat didalam tradisi ini adalah terbentuknya sistem kekeluargaan dan kerukunan antar umat berbeda agama yang biarpun berbeda tetapi mereka tetap memengang tradisi yang telah diturunkan kepada mereka oleh para leluhur yang terdahulu.Â
 Masyarakat Desa Sumberejo hidup dengan dua keyakinan mayoritas yang berbeda, yaitu Islam dan Hindu.Tetapi dalam menjalankan tradisi "wiwtan" mereka melakukan tradisi tersebut dengan perbedaan,tidak ada konflik yang ada hanya kerukunan dalam menjalankan tradisi ini.Hal ini memberikan makna lain terhadap tradisi ini yaitu terciptannya nilai-nilai moral yang harus generasi muda contoh dalam kehidupan modern sekarang ini. Adapun nilai-nilai moral yang bisa menjadi sarana pendidikan nonformal bagi generasi penerus dalam tradisi "wiwtan" adalah :Â
1.) Nilai moral individu Nilai moral individu adalah nilai moral yang menyebabkan seseorang mempunyai motivasi utuk menjadikan orang baik seperti bertanggungjawab, mandiri, patuh, sabar dan rela berkorban.Ketika pelaksanaan tradisi wiwtan, setiap orang sebaiknya memiliki kesungguhan hati untuk:Â
a. Tanggung jawab, dalam tradisi ini dituntut tanggung jawab pemilik lahan pertanian untuk menjaga keselarasan antara alam dan mahluk hidup. b. Patuh, wujud kepatuhan dari pelaksanaan tradisi wiwtan adalah menjalani setiap tahapannya dengan disiplin dan mematuhi apa saja yang dilarang dan apa saja yang diharuskan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat mematuhi apa yang para leluhur mereka sudah lakukan turun temurunÂ
c. Sabar, ketika pelaksanaan tradisi setiap orang sebaiknya dalam keadaan bersabar, menciptakan kondisi yang ketenangan batin dengan mengendalikan amarah dan emosi untuk bertikai dengan orang lain.
2.) Nilai moral sosial Nilai moral sosial bagi masyarakat Sumberejo adalah nilai yang memberikan motivasi untuk mencapai kebaikan diri pribadi dan merealisasikan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang.Â
a. Menghormati orang lain Ketika pelaksanaan tradisi "wiwtan" ketika masyarakat desa beragama Hindu yang mempunyai hajat wajib mengundang tetangga atau saudara yang muslim untuk makan bersama atau sekedar bersilaturahmi sebagai wujud menaruh rasa hormat kepada orang yang lain adatnya. b. Gotong royong Nilai gotong royong tercermin dalam aktivitas masyarakat Petungsewu untuk saling bergotongroyong mempersiapkan tradisi "wiwtan". Mereka baik yang beragama Islam maupun Hindu ramai-ramai mempersiapkan makanan atau masyarakat menyebutnya takir dan sesajian (Uborampe). Semua itu bertujuan agar pekerjaan lebih mudah diselesaikan. c. Kerukunan Ketika tradisi "Selamatan Petik Pari" berlangsung semua masyarakat Petungsewu membantu mempersiapkan upacara tersebut,sehingga tidak ada konflik yang terjadi.Â
3.) Nilai moral Ketuhanan Nilai yang berhubungan dengan keterkaitan antara masyarakat Desa Sumberejo dengan sesuatu yang memiliki kemampuan diluar batas kemampuan manusia. Hal itu nampak pada perilaku masyarakat yang mamberikan sesajen untuk menghadapi rasa takut akan murka leluhur dan mengharapkan berkah dari sesuatu yang dianggap memiliki kemampuan supernatural.Â
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang makna-makna yang terdapat dalam tradisi wiwtan merupakan salah satu usaha manusia sebagai jembatan antara dunia manusia dengan dunia ritus (Dewa-Dewi atau Tuhannya), melalui tradisi Selamatan petik pari ini diharapakan bisa menghubungkan manusia dengan leluhur, dan Tuhannya dan akan diberikan keselamatan dalam penggarapan lahan pertanian. Dan memberikan nilai-nilai luhur yaitu terciptannya toleransi kerukunan antar umat beragama,biarpun berbeda dalam penyampaian doa tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu keselamatan bersama.Â