Dalam KBBI Peradaban berarti kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Peradaban juga dimaknai dengan hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.Â
Sedangkan kata adab sendiri berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, dan akhlak, yang kesemuanya merupakan sifat-sifat yang luhur, tinggi dan mulia. Sifat-sifat luhur tersebut amatlah penting dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menjadi bangsa yang berperadaban tinggi, maka sejatinya harus memiliki tatanan kehidupan masyarkat yang beradab.
Untuk membentuk masyarakat yang beradab maka harus dimulai dari circle terkecil, yaitu lingkungan keluarga, rumah dan sekolah. Dari lingkungan inilah akar peradaban dapat tumbuh dan berkembang. Suatu contoh jika seorang ayah dan ibu yang tinggi adabnya akan menerapkan aturan - aturan yang mengedepankan adab pada anak-anak mereka.
Namun sayang di era globalisai sekarang ini nilai-nilai luhur yang menyangkut adab seseorang kian tergerus dan terus mengalami pergeseran. Sikap individualistis dan apatis yang merupakan dampak negatif dari globalisasi kian merebak. Orang tua lebih suka menyuguhkan anak-anak mereka bermain gadget daripada membaca buku atau bersosialisasi dengan teman sebaya mereka.
Keasikan bermain gadget dengan beragam hiburan dan informasi yang sulit dibendung, ditambah longgarnya pengawasan dan pendampingan orang tua serta contoh yang kurang baik dari orang tua dan orang-orang dewasa, akan semakin menjauhkan anak dari nilai-nilai luhur.
Maka tidak heran jika saat ini, adab anak terhadap orang tua, adab siswa terhadap guru serta lingkungan sangat jauh dari yang diharapkan. Bahkan anak-anak  tidak peduli lagi dengan lingkungan mereka, sikap cuek, acuh tak acuh mulai terbentuk pada anak bahkan dalam usia yang masih dini, mereka hanya asik dengan tontonan dan permainan pada gawai mereka, sehingga panggilan dan nasihat orang tua pun tak lagi didengar.
Kondisi ini  cukup memprihatinkan, banyak anak-anak yang dewasa sebelum waktunya, baik dalam tindakan atau ucapan mereka. Jika dulu anak-anak diam dan suka mendengarkan orang tua mereka, namun sekarang banyak anak-anak yang suka menyela kata-kata orang tua dengan celetukan yang nyeleneh.
Begitu pun adab kepada guru. Jika dulu seorang murid sangat menghormati guru mereka, jangankan menyela, bertemu pun mereka menundukan wajah sebagai bentuk hormat, namun sekarang banyak siswa yang sangat berani, mereka kerap menyela bahkan meledek guru mereka.Â
Kemana perginya adab anak-anak kepada orang tua yang begitu luhur? Kemana perginya adab seorang murid kepada gurunya? Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan penalaran yang mendalam. Namun di sini kita akan mencoba menemukan cara bagaimana memupuk adab pada anak-anak, agar tidak melenceng jauh dari nilai-nilai luhur untuk membangun peradaban.
Tidak dipungkiri, banyak orang tua dan berbagai kalangan yang resah dan prihatin dengan perkembangan yang terjadi saat ini. Kita tidak mungkin menghentikan arus globalisai yang melesat begitu cepat, kita hanya perlu mencari cara untuk mengimbangi dampak buruk globalisasi agar tidak kebobolan terlalu dalam.